Mohon tunggu...
Romy
Romy Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Mama

29 Oktober 2015   07:58 Diperbarui: 5 November 2015   15:22 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Sudahlah sayang, biar mama yang ngomong dengan bu gurumu nanti. Perkataan mama yang lembut itu seperti air yang menyiram api di dalam hatinya. Mamanya yang gemuk membelai kepalanya.

Ia ingin melanjutkan omongannya tapi ia tak kuasa. Lidahnya kelu. Ia malu menceritakan kebohongannya sendiri. Takut Mama marah. Yah, Sandi merasa menjadi orang paling jahat di dunia

Satu minggu telah lewat. Hari Jumat yang ditakutipun datang. Ibu Flora dengan pelajaran not baloknya sudah beridir di depan kelas. Anak-anak satu-persatu maju. Sekarang Giliran Sandi, dan ia tetap tidak bisa.

“Kamu jangan bilang lagi semuanya ini karena mamamu melarang kamu belajar seni suara ya !” Ibu Flora sudah berdiri di samping dengan angker.”Ibu sudah ngomong dengan mamamu dan ia tidak bicara begitu! Kamu tidak jujur!” Sekali lagi penggaris kayu mendarat keras.Sandi sangat malu. Kepalanya hanya bisa tunduk.Dia merasa semua mata sinis tertuju padanya. Teman-teman pasti sudah tidak percaya lagi. Teman-teman pasti sudah tidak mau berteman lagi. Dia pasti akan dikucilkan, semua akan menghinanya.

Hari itu hari paling memalukan dalam hidup Sandi Ia tak kuat menahan tangis. Tangis itu terus dibawanya pulang. Derai air mata membasahi jalan yang dilaluinya menuju rumah.

“Apa aku sanggup menjumpai Mama….aku sudah berdosa padanya…..Mama pasti marah karena aku sudah bohong.”

Langkah bocah kecil ini terhenti beberapa meter dari pagar rumah. Ia ragu bertemu dengan Mamanya. Mama yang baik

Ia tercenung di depan pagar. Diantara segukan tangis, Sandi putuskan untuk tidak masuk. Ia berbalik.

“Sandi…Sini sayang!” Lapat-lapat ia mendengar suara itu dari arah teras rumah. Suara yang sangat dirindukannya. Mama berlari menghampiri.Tangan Mama yang lembut menyentuh pundaknya,memaksa dia untuk berhenti.

“Mama sudah mengerti semuanya …” Hanya itu yah dan hanya itu yang diucapkan sang mama. Tapi itu cukup untuk Sandi. Mamanya memeluk dia di depan rumah mereka. Pelukan Mama sudah cukup untuk semuanya. Hatinya yang terluka sudah terobati.

Sejak hari itu, Sandi kecil mulai tekun belajar not balok. Sandi yakin dia mau belajar bukan karena suara judes Ibu Flora. Buka pula karena tatapan sinis teman-teman. Ia melakukan semuanya karena ia sayang mama. Ia akan berhasil bukan karena didikan Bu Flora. Bukan pula karena takut pada penggaris sang guru, tapi karena Mama. Karena pelukan Mama yang selalu hangat menyambutnya . Dekapan Mama yang selalu menentramkan hatinya. Ia tidak ingin melukai hati Mama lagi. Tidak lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun