"Silakan pukul! Pukul sampai mati karena setelah ini kita akan mati bersama," teriak Sertu Zidan sambil menahan sakit pada sekujur tubuh, terutama bekas tembakan.
***
"Hinan, Kamu sudah belajar untuk ujian Fisika?"
Kian mengerutkan alis, pertanyaan Renal sangat tidak enak terdengar. Renal selalu bertanya dengan pertanyaan yang tidak masuk diakal, herannya lagi Kian selalu merespon pertanyaan Renal.
"Ren, Kamu betulan nanyain ini ke Hinan? Seorang Hinan, siswa yang dua tahun berturut-turut ikut olimpiade astronimi."
"Siapa sih yang ikut olimpiade astronomi? Kenapa yang sombong malah Kamu."
"Siapa yang sombong? Aku cuma memberi tahu fakta."
"Hinan, lihat temanmu ini," adu Renal kepada Hina yang sudah memasang wajah lelah.
Hinan menggelengkan kepala heran melihat kelakuan temannya, semakin hari semakin tidak dapat diprediksi. Renal dan Kian hanya berdamai saat saling membutuhkan, terutama dalam berbagi jawaban saat ujian fisika. Mereka berdua sangat lemah dengan yang berbau hitungan, untung mereka berteman dekat dengan Hinan, pemakan rumus fisika.
"Aman saja, nanti Aku bagi jawabannya."
Mendengar penuturan Hinan, Renal dan Kian mengucapkan Puji Syukur pada Tuhan Yesus karena telah mengirimkan teman sepengertian Hinan. Jika tidak ada Hinan, jelas saja setiap mata pelajaran fisika mereka mendapatkan nilai merah.