Mohon tunggu...
PKRS RSKO
PKRS RSKO Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Akun PKRS Rumah Sakit Ketergantungan Obat Jakarta

Akun Resmi PKRS Rumah Sakit Ketergantungan Obat Jakarta. One Stop Service Layanan Pengobatan dan Pemulihan Penyalahgunaan NAPZA / Narkoba dan kesehatan lainnya. Web : www.rsko-jakarta.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Di-Rehab? Unexpected but Precise

8 Agustus 2024   13:57 Diperbarui: 8 Agustus 2024   16:15 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menjalani perawatan di tempat rehabilitasi napza tidak pernah menjadi rencana bagi siapapun. Namun pada kenyataannya beberapa teman, rekan ataupun orang terkasih yang kita kenal masuk dan bermalam beberapa minggu hingga berbulan-bulan di fasilitas rehabilitasi NAPZA. 

Alasan mereka dirawat pun berbeda-beda, mulai dari karena kesadaran pribadi agar bisa pulih dari masalah penggunaan napza, ada juga yang karena tuntutan dari orangtua / keluarga, hingga karena tertangkap polisi dan mendapat perintah pengadilan sebagai bentuk sanksi akibat telah melanggar hukum.

Hari-hari pertama yang dijalani pasien di tempat rehabilitasi NAPZA pun tidak sedikit yang terasa berat dan sulit karena harus jauh dari keluarga, terputus dari aktivitas sekolah atau pekerjaan, khawatir tentang apa yang akan dihadapi sepanjang menjalani rehabilitasi, maupun khawatir akan masa depan setelah keluar akan jadi apa. 

Hal-hal tersebut sering memicu pikiran-pikiran negatif yang berdampak pada timbulnya keluhan fisik maupun psikologis sehingga semakin menambah ketidaknyamanan dan penderitaan dalam diri pasien.

Berbagai layanan tentu diberikan oleh tenaga medis dan tenaga kesehatan guna mengatasi masalah pasien, baik masalah utama keberadaan mereka di tempat rehab yaitu karena adanya gangguan penggunaan napza, maupun masalah tambahan akibat adanya stres, kesulitan untuk menyesuaikan diri karena berada di lingkungan baru, serta masalah akibat sakit fisik yang dimiliki. 

Salah satu layanan yang diberikan di Rehabilitasi Rumah Sakit Ketergantungan Obat Jakarta adalah Sesi Profesional, yaitu program pemberian edukasi kepada seluruh pasien rehab yang diselenggarakan seminggu sekali setiap hari selasa. 

Sesi Profesional diberikan oleh para tenaga medis dan tenaga kesehatan secara bergantian, yang bertujuan untuk menambah wawasan pengetahuan bukan hanya tentang bagaimana bisa pulih dari gangguan penggunaan napza namun juga tentang pengetahuan kesehatan fisik maupun psikologis yang sifatnya umum.

Selain layanan yang diberikan secara klasikal atau kelompok, dalam menjalani proses rehabilitasi pasien juga mendapatkan sesi konseling individual, yaitu proses pemulihan tatap muka one on one.

yang sifatnya lebih personal disesuaikan dengan kebutuhan dan permasalahan dari masing-masing pasien. Beberapa pasien ada yang memiliki masalah terkait relasi dengan orangtua, dengan pasangan, masalah pekerjaan, masalah hukum, sakit fisik/psikis lain seperti diabetes, hipertensi, depresi, bipolar atau pun masalah akibat memiliki self-image dan harga diri rendah.

Rumah sakit tentunya juga menyediakan fasilitas olahraga, ruang musik, ruang ibadah, adanya aktivitas memasak, menonton film dan sebagainya dengan tujuan agar pasien bisa melakukan hal-hal yang memang menjadi minatnya, bisa menumbuhkan hobi baru dan mengurangi kebosanan yang seringkali muncul akibat terlalu lama berada di dalam rehab.

 Apakah itu semua cukup untuk membuat pasien merasa betah? Mungkin tidak, karena tujuan program rehab bukan untuk membuat pasien betah sehingga ingin berlama-lama di rehab, melainkan agar pasien bisa mendapatkan intervensi yang tepat di dalam lingkungan yang aman bebas dari napza, sambil belajar guna menambah pengetahuan dan keterampilan yang kedepannya diharapkan dapat diaplikasikan untuk menjaga kondisi pulih selama berada di lingkungan masing-masing.

Salah satu materi penting yang sering disampaikan kepada pasien maupun keluarga dengan masalah gangguan penggunaan napza adalah teori tentang 6 Tahapan Perubahan (Stages of Change Model) dari DiClemente dan Prochaska. 

Penting bagi pasien dan keluarga untuk memiliki pemahaman bahwa perubahan membutuhkan waktu, dan sifatnya bervariasi dari satu pasien ke pasien lainnya. 

Namun, semua pasien akan melalui tahapan yang sama sebelum melanjutkan ke tahap berikutnya. Saat berada dan menjalani setiap tahap, adanya penerimaan dan dukungan tanpa syarat dari profesional kesehatan dan juga keluarga perlu diberikan, bersamaan dengan intervensi yang disesuaikan dengan situasi unik dari masing-masing pasien. 

Berikut adalah 6 tahapan tersebut, yaitu:

Tahap 1: Prakontemplasi 

Pada tahap prakontemplasi, orang tidak berpikir serius untuk berubah dan tidak tertarik pada bantuan apa pun. 

Orang-orang dalam tahap ini cenderung mempertahankan kebiasaan buruk mereka saat ini dan tidak menganggapnya sebagai masalah. 

Mereka mungkin bersikap defensif ketika menghadapi upaya orang lain yang menekan mereka agar berubah. Cara lain untuk menggambarkan tahap ini adalah ketika orang belum melihat dirinya memiliki masalah.

Tahap 2: Kontemplasi 

Di tahap kontemplasi adalah orang yang berada dalam keadaan ambivalen atau masih ragu-ragu, mempertimbangkan untung dan ruginya kalau seandainya mereka berubah. 

Meskipun mereka memikirkan aspek negatif dari kebiasaan buruknya dan aspek positif yang terkait dengan perubahan, mereka mungkin ragu bahwa manfaat jangka panjang yang terkait dengan perubahan akan lebih besar daripada dampak jangka pendeknya.

Tahap 3: Preparasi/Determinasi 

Orang-orang yang berada pada tahap persiapan/penentuan, sudah mempunyai komitmen untuk melakukan perubahan. 

Motivasi untuk berubah tercermin dalam pernyataan seperti: "Saya harus melakukan sesuatu mengenai hal ini -- ini adalah hal serius. Sesuatu harus berubah. 

Apa yang bisa saya lakukan?" Ini semacam fase penelitian. Mereka mengumpulkan informasi tentang apa yang perlu mereka lakukan untuk mengubah perilaku mereka. Atau mereka akan mencari melalui internet, bertanya

kepada teman dan keluarga, dan mencari sumber daya yang tersedia untuk membantu upaya mereka. Seringkali, orang melewatkan tahap ini: mereka mencoba beralih dari kontemplasi ke tindakan dan gagal karena mereka belum cukup meneliti atau menerima apa yang diperlukan untuk membuat perubahan besar dalam gaya hidup yang dijalaninya selama ini.

Tahap 4: Aksi 

Ini adalah tahap di mana orang termotivasi untuk mengubah perilakunya dan terlibat aktif dalam mengambil langkah-langkah untuk mengubah perilaku buruknya dengan menggunakan berbagai cara. 

Ini adalah tahap di mana sebagian besar orang bergantung pada kemauannya sendiri. Mereka melakukan upaya nyata untuk mengubah perilakunya. 

Orang-orang dalam tahap ini juga cenderung terbuka untuk menerima bantuan dan juga cenderung mencari dukungan dari orang lain.

Tahap 5: Maintenance (Pemeliharaan) 

Di tahap pemeliharaan melibatkan kemampuan untuk berhasil menghindari godaan yang bisa membuat mereka kembali ke kebiasaan buruk. 

Tujuan dari tahap pemeliharaan adalah untuk mempertahankan status quo yang baru. Orang-orang pada tahap ini cenderung mengingatkan diri mereka sendiri betapa banyak kemajuan yang telah mereka capai. 

Orang-orang yang berada dalam perawatan terus-menerus merumuskan kembali aturan hidup mereka dan memperoleh keterampilan baru untuk menghadapi kehidupan dan menghindari kekambuhan. 

Mereka mampu mengantisipasi situasi di mana kekambuhan dapat terjadi dan mempersiapkan strategi penanggulangannya terlebih dahulu. 

Mereka tetap sadar bahwa apa yang mereka perjuangkan secara pribadi bermanfaat dan bermakna. 

Mereka sabar terhadap diri mereka sendiri dan menyadari bahwa sering kali perlu waktu untuk melepaskan pola perilaku lama dan mempraktikkan pola perilaku baru hingga menjadi kebiasaan. 

Meskipun mereka mungkin berpikir untuk kembali ke kebiasaan buruk mereka yang lama, mereka menolak godaan dan tetap berada di jalur yang benar.

Tahap 6: Relaps (kambuh) 

Meskipun terminasi atau penyelesaian adalah tujuan akhir dari model Tahapan Perubahan dari DiClemente dan Prochaska, namun kekambuhan seringkali terjadi dan banyak ditemukan pada pasien-pasien yang sedang membuat perubahan besar dalam hidupnya. 

Pasien yang berada dalam tahap ini artinya telah kembali ke perilaku lama dan dikenali dari adanya rasa frustrasi, kekecewaan, atau perasaan gagal. 

Strategi dan tugas intervensi, termasuk juga menghilangkan stigma dan memahami gagasan kambuh, membantu pasien mengidentifikasi penyebabnya dan menyusun rencana untuk menghindari apa yang menjadi pemicu kambuh di masa depan. 

Untuk membangun kembali kepercayaan diri pasien, mungkin perlu kembali ke tahap proses perubahan sebelumnya, seperti kontemplasi, persiapan atau tahap aksi. 

Kunci keberhasilan dalam tahap kambuh adalah membantu pasien menilai kembali dukungan dan keterampilan mereka serta menegaskan kembali komitmen terhadap tujuan mereka. 

Kesempatan belajar yang diperoleh dari kekambuhan sering kali memperkuat tekad pasien dan meningkatkan peluang untuk perubahan seumur hidup.

Setelah memahami tentang tahapan perubahan tersebut, pertanyaan yang kemudian muncul adalah: "Sudah sampai pada tahap yang manakah pasien? Kebanyakan orang berfikir bahwa pasien yang sudah berada dalam rehabilitasi artinya sudah berada pada tahap Aksi. 

Pada kenyataannya adalah belum tentu. Penasaran? Silahkan diskusikan lebih lanjut dengan dokter Anda. 

Yang perlu dipahami pasien dan keluarga adalah selalu ada sisi baik dari sebuah momen kehidupan yang tidak menyenangkan sekalipun, seperti menjalani rehabilitasi bagi para penyalahguna napza, unexpected but precise.

Salam sehat.

PKRS dan Pemasaran RSKO Jakarta

Ditulis oleh Dian Fatmawati, M.Psi

Sumber pustaka :

https://online.yu.edu/wurzweiler/blog/prochaska-and-diclementes-stages-of-change-model-for-social-workers

https://medicine.llu.edu/academics/resources/stages-change-model

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun