Beberapa minggu kemudian, Bima menemukan uangnya terselip di balik laci. Ia lupa bahwa ia sendiri yang memindahkannya ke sana saat di malam pesta.
Rasa bersalah dan penyesalan mulai datang kepada Bima. Ia mencoba meminta maaf pada Rama, tapi Rama sudah terlanjur kecewa dan memutuskan untuk pindah kos. Trisha juga sudah memblokir kontaknya.
Bima kembali terpuruk. Kali ini, ia benar-benar sendirian di kosnya. Tidak ada Rama yang selalu menemaninya. Tidak ada Trisha yang selalu mendukungnya.
Di tengah kesendiriannya, Bima mulai kehilangan fokus di tempat magang. Performanya menurun drastis hingga akhirnya Rasite memutuskan untuk menghentikan magangnya.
Bima kembali ke titik terendah dalam hidupnya. Kali ini, tanpa ada seorangpun yang bisa ia jadikan sandaran.
Suatu malam, Bima duduk sendirian di kamar kosnya yang kini terasa begitu sepi tanpa Rama. Ia menatap foto lama dirinya bersama Trisha dan Rama yang masih terpajang di meja. Air mata mengalir di pipinya saat ia menyadari betapa bodohnya ia telah menghancurkan persahabatan yang begitu berharga.
“Maafin gue,” bisiknya lirih pada foto itu.
Hari-hari berlalu dengan berat. Bima mencoba mencari pekerjaan baru, tapi reputasinya yang buruk di perusahaan Rasite membuatnya sulit mendapatkan kesempatan. Ia mulai menghabiskan waktunya di kamar, tenggelam dalam penyesalan dan depresi.
Suatu hari, Bima memberanikan diri untuk pergi ke kampus, berharap bisa bertemu Trisha atau Rama dan meminta maaf secara langsung. Namun, ketika ia melihat mereka dari jauh, tertawa bersama teman-teman baru, Bima merasa semakin terpuruk. Ia menyadari bahwa mungkin sudah terlambat untuk memperbaiki segalanya.
Bima pulang ke kos dengan perasaan hancur. Malam itu, ia menulis surat panjang untuk Trisha dan Rama, mengungkapkan penyesalannya yang mendalam dan memohon maaf atas segala tuduhan dan sikapnya yang buruk. Namun, surat itu hanya berakhir di laci mejanya, tak pernah terkirim karena Bima takut dengan penolakan.
Minggu-minggu berikutnya, Bima semakin tenggelam dalam kesedihan dan penyesalan. Nilainya di kampus menurun drastis. Ia mulai mengabaikan kesehatannya, jarang makan dengan teratur dan kurang tidur.