Bima menatap kosong layar laptop di hadapannya. Jari-jarinya mengetuk-ngetuk meja dengan gelisah. Sudah hampir dua jam ia mencoba menyelesaikan tugas pemrogramannya, tapi pikirannya terus melantur kemana-mana.
“Fokus, Bima. Fokus,” ia berbisik pada dirinya sendiri.
Namun seolah ada suara lain dalam kepalanya yang berteriak, “Percuma! Lo ga akan bisa!”
Bima menggelengkan kepala kuat-kuat, berusaha mengusir suara-suara itu. Ia menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan diri. Tapi perasaan cemas dan tidak mampu itu tetap menghantuinya.
Inilah keseharian Bima sejak masuk kuliah. Mahasiswa semester 5 jurusan Teknik Informatika ini selalu dihantui kecemasan dan keraguan akan kemampuannya sendiri. Padahal nilai-nilainya cukup bagus. Tapi bagi Bima, itu tidak cukup. Ia selalu merasa kurang, selalu merasa tertinggal dari teman-temannya.
“Bim, udah selesai belum tugasnya?” tanya Rama, sahabat satu kosnya.
Bima terkejut. “Be-belum, Ram. Masih ada yang harus gue beresin.”
Rama menghela napas. “Yah elah, Bim. Padahal lo udah kerjain dari tadi sore loh. Gue aja udah kelar dari jam 7 tadi.”
Bima hanya tersenyum pahit. Dalam hati ia mencaci dirinya sendiri.
“Yaudah deh, gue mau tidur duluan ya. Jangan begadang lo,” ujar Rama sambil pergi dari kamar Bima menuju kamarnya.