Dalam perkembangnnya akhirnya pada tathun 2012 Â FIFA menyetujui penggunaan teknologi garis gawang Hawk-Eye.
Penerapan teknologi dalam dunia olah raga  terus mengalami revolusi termasuk dalam menganalisis kekuatan lawan dan cara bagaimana mencari kelemahan lawan.  Bahkan teknologi kecerdasan buatan ini juga dijadikan dasar untuk membeli pemain yang yang memiliki kemampuan  diperlukan.
Dunia olah raga kini tidak lagi sepenuhnya mengandalkan kemampuan wasit untuk memutuskan namun telah dibantu dengan penggunaan data.
Hal ini tentunya tidak lepas dari kemampuan teknologi dan perangkat yang dapat menyimpan gambar gambar pemain  dan gerakannya dan menyimpannya dalam data base serta melakukan analisis.
Jadi walaupun tampak sederhana dalam menampilkan posisi bola ataupun posisi pemain, namun dalam prosesnya melibatkan tahapan yang sangat  panjang sampai pengambilan keputusan apakah gol yang dipermasalahkan itu sah atau tidak, atau pemaian dalam posisi offside atau tidak.
Saat ini penggunaan teknologi kecerdasan buatan tidak hanya digunakan dalam dunia sepak bola, namun juga sangat intensif digunakan pada olahraga basket dan  olah raga lainnya termasuk tenis lapangan, tenis menja badminton dllnya.
Teknologi offside semi-otomatis (SAOT) walaupun dirahasiakan namun akhirnya muncul ke permukaan dan memulai debutnya pada kejuaaan Piala Arab di tahun 2021 dan akhirnya digunakan juga di Piala Dunia 2022.
Pada dasarnya cara kerja teknologi SAOT ini berbasis pelacakan pemain secara otomatis. Â Untuk mendukung teknologi ini sebanyak 12 kamera di pasang pada berbadai posisi untuk melacak 29 titik ditubuh setiap pemain sebanyak 50 kali per detiknya.
Dalam menerapkan teknologi SAOT ini kamera bukanlah satu satunya perangkat yang diperlukan karena untuk menentukan apakah seorang pemain dalam posisi offside atau tidak akan ditentukan saat pemaian mengoper bola.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!