Joe Biden dan Boris Johnson secara langsung memang pernah meminta secara langsung mitra terdekatnya Arab Saudi untuk meningkatkan produksi dan suplai minyaknya secara signifikan, namun tampaknya Arab Saudi tidak menghiraukannya.
Tampaknya Arab Saudi dan produsen minyak utama dunia lainnya seperti UEA tidak mau didikte oleh barat untuk meningkatkan produksi minyaknya walaupun sebenarnya negara produsen minyak dunia memiliki cadangan minyak yang cukup besar untuk melakukan hal ini.
Hal lain yang menyebabkan negara OPEC tidak mau membajiri pasokan minyak dunia untuk menurunkan harga adalah masalah keamanan cadangan minyak bagi negaranya karena jika cadangan minyaknya terganggu akan berdampak fatal bagi perkonomiannya.
Disamping itu selama ini diantara negara OPEC+ keberadaan Rusia sebagai produsen minyak terbesar dunia sangat dihargai sebagai mitra yang selama ini telah berkerjasama dengan baik.
Di lain pihak Rusia tampaknya sangat gembira dengan level harga minyak dunia saat ini.Â
Di sisi lain OPEC tampaknya ingin terus menjaga hubungan baik dengan Rusia sebagai mitranya, sehingga ke depan diperkirakan harga minyak dunia tidak akan serta merta turun karena OPEC akan meningkatnya pasokan minyaknya secara bertahap dalam jangka panjang.
Penggunaan minyak sebagai salah satu senjata dalam perang memang memiliki sejarah yang panjang. Bahkan perang di Timur Tengah sangat erat terkait dengan minyak ini. Oleh sebab itu, tidak heran jika Amerika menduduki Irak dan Afghanistan karena urusan minyak ini.
Namun kali ini kenaikan harga minyak dunia menjadi semakin rumit karena Rusia yang terlibat langsung dalam konflik ini justru sekaligus merupakan negara produsen minyak terbesar dunia.
Perang Rusia dan Ukraina yang diperkirakan hanya akan berlangsung dalam hitungan minggu saja ternyata menjadi panjang dan semakin rumit karena adanya campur tangan langsung Amerika dan Uni Eropa yang memiliki kepentingan tersendiri dalam perang ini.
Salah perhitungan Amerika dan Uni Eropa dalam perang Rusia dan Ukraina ini membuat situasi semakin rumit dan membuat Rusia semakin nekad.
Dalam situasi seperti inilah, negara lain di dunia yang tidak terlibat konflik Rusia dan Ukraina termasuk Indonesia terdampak peningkatan harga kebutuhan pokok dan meningkatnya harga minyak yang tentunya akan menggerogoti keuangan negara utamanya negara miskin dan negara berkembang.