Mohon tunggu...
Ronny Rachman Noor
Ronny Rachman Noor Mohon Tunggu... Lainnya - Geneticist

Pemerhati Pendidikan dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Konflik Rusia-Ukraina Membuat Harga Pangan Semakin Tidak Terkendali

10 April 2022   12:21 Diperbarui: 11 April 2022   07:16 501
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi tanaman gandum yang mengalami kenaikan harga dampak dari perang Rusia-Ukraina.| Sumber: Shutterstock/Gajus via Kompas.com

FAO baru saja mengeluarkan Food Price Index di penghujung bulan April ini yang menunjukkan kekhawatiran besar karena harga pangan dunia melonjak tajam dan semakin tidak terkendali akibat konflik Rusia dan Ukraina.

Ada dua hal yang menjadi kenaikan harga pangan ini yaitu pertama Rusia dan Ukraina merupakan eksportir komoditas pertanian utama dunia seperti misalnya gandum, jagung, shorgum dll

Sebagai contoh produk gandum Rusia dan Ukraina mengisi pangsa ekspor sebesar 25%, sehingga dapat dimengerti jika ekspor ini terganggu maka akan mengguncang harga gandum dunia.

Harga Pangan Dunia Semakin Tidak Terkendali. Sumber: FAO 
Harga Pangan Dunia Semakin Tidak Terkendali. Sumber: FAO 

Jadi tidak heran jika harga gandum dunia melonjak sebesar hampir 20% (19.7%) jika dibandingan kondisi sebelum konflik Rusia dan Ukraina.

Faktor kedua yang cukup berperan adalah terganggunya jalur ekspor di kawasan Laut Hitam yang membuat harga melambung tinggi.

Disamping kedua faktor ini, tentunya Rusia juga tercatat sebagai pemasok utama minyak dan gas alam dunia.

Harga Meningkat Tajam

Data food price index yang dikeluarkan oleh FAO pada hari jumat lalu menunjukkan kenaikan harga yang signifikan untuk minyak goreng, serelia, dan daging dengan persentase kenaikan mencapai lebih dari 30% jika dibandingkan dengan harga di tahun lalu.

Perang Rusia dan Ukraina juga menyebabkan harga serelia melonjak sebesar 17% akibat penutupan pelabuhan ekspor jagung dari Ukraina. Kenaikan harga jagung tercatat mencapai 19.1%

Kenaikan harga gandum sebesar 19,7% selama bulan Maret lalu juga diiringi oleh kenaikan harga barley dan shorgum.

FAO memprediksi bahwa kondisi kenaikan harga pangan global ini akan terus bertahan dalam jangka panjang akibat kekurangan pasokan dan ketidakpastian pasar produk pertanian di masa mendatang.

Berdampak Global

Kenaikan harga pangan ini tidak dapat dipandang sebelah mata apalagi diabaikan karena akan berdampak global utamanya pada negara negara yang selama ini mengalami masalah pangan akibat terjadinya konflik politik, bencana alam dan kondisi perekomian yang tidak mendukung.

Kenaikan harga pangan global ini tentunya akan berdampak besar pada negara yang berpenghasilan rendah dan mengalami kekurangan pangan karena harus mengeluarkan biaya yang lebih tinggi untuk membeli berbagai bahan pangan.

Jika hal ini berlanjut diperkirakan di negara negara miskin dunia kondisi keamanan pangannya akan terancam dan kemungkinan besar hanya dapat disiasati dengan mengurangi makan ataupun membeli pangan dengan kualitas rendah yang tentunya dalam akan mempengaruhi kesehatan masyarakat pada umumnya.

Kenaikan harga bahan bakar dan pangan global ini tentunya akan membuat negara-negara di kawasan Timur Tengah dan Afrika yang selama ini dilanda konflik yang sudah berada di bawah garis kemiskinan akan semakin terdampak dan terpuruk.

Kenaikan harga minyak dan pangan global ini telah menunjukkan dampaknya di negara di kawasan Timur Tengah akibat harga yang melambung tinggi dan juga kekurangan pasokan.

Menurut Thomson Reuters Foundation negara seperti Mesir, Somalia, dan Lebanon sudah terdampak parah akibat kenaikan harga minyak dan pangan global ini.

Sebagai contoh di bulan Maret lalu harga makanan di Lebanon sudah mengalami rata rata kenaikan sebesar 20%. Bahkan harga roti meningkat sebesar 27% dan peningkatan harga gula sebesar 72% serta minyak goreng mengalami peningkatan sebesar 83%.

Indonesia juga merasakan dampak kenaikan harga global ini termasuk peningkatan harga minyak goreng, daging, produk makanan yang terbuat dari gandum dan juga tentunya harga bahan bakar.

Tidak hanya sampai disitu saja kenaikan harga pangan dunia ini diperkirakan akan membuat negara dengan berpenghasilan rendah akan semakin bertambah miskin.

Sebenarnya jika dilihat dari data harga pangan global, tanda tanda kenaikkan harga ini sudah mulai ada sebelum konflik Rusia dan Ukraina karena kekurangan pasokan pangan.

Jadi konflik Rusia dan Ukraina ini menjadi pemicu yang memperparah kenaikan harga pangan global yang mulai tidak terkendali.

Kenaikan harga gandum memang untuk sementara dapat disiasati dengan mengalihkan pembelian ke negeri lain seperti Uni Eropa, Amerika, Australia, Kanada, dan Argentina.

Namun pertanyaan yang paling mendasar adalah sampai kapan hal ini dapat bertahan karena permasalahan utamanya adalah kekurangan pasokan gandum dunia akibat supplier terbesar Rusia dan Ukraina terganggu produksi dan ekspornya.

Buah Simalakama Sanksi

Pemblokiran ekspor bahan pangan asal Rusia yang diprakasai oleh Amerika dan sekutunya kini sudah mulai menunjukkan dampak negatifnya, tidak hanya pada Rusia yang menjadi target tapi juga pada negara lain di dunia.

Tindakan emosional yang dilakukan oleh Amerika dan sekutunya ini secara tidak langsung juga menghukum negara miskin dunia dengan kenaikan harga pangan dan bahan bakar yang tidak terkendali.

Pemblokiran ekspor di kawasan Laut Hitam ini menjadi efek domino yang tidak gampang untuk dikembalikan lagi karena rantai pasokan pangan dunia sudah terganggu.

Hal yang sudah pasti kanaikkan harga gandum dan juga minyak goreng, gula, kedelai yang terjadi saat ini sangat erat terkait dengan kebijakan politik Amerika dan sekutunya untuk memblokir ekspor minyak dan pangan dari Rusia.

Pemblokiran ekspor ini sudah sangat dirasakan oleh negara-nenara di wilayah Afrika Timur seperti Kenya, Ethiopia, Somalia, dan Sudan Selatan yang selama ini memang sudah terpuruk akibat konflik yang bergejolak dan juga bencana alam.

Berdasarkan laporan yang dikeluarkan oleh World Food Programme di kawasan ini harga pangan sudah meningkat rata rata sebesar 25%, bahan harga bahan pangan di Sudan kenaikannya sudah mencapai 92%.

Negara di kawasan ini juga sangat tergantung produk pangannya pada Rusia dan Ukraina karena selama ini utamanya mengimpor pupuk dari kedua negara ini. Kenaikan harga pupuk tentunya akan membuat harga pangan akan semakin meningkat lagi.

Perang yang selama ini terjadi di kawasan Timur Tengah dan Afrika justru terjadi di halaman rumah negara maju yang selama ini tidak pernah terbayangkan sebelumnya ini tentunya berdampak besar pada negara maju.

Membanjirnya pengungsi akan menimbulkan permasalahan politik dan sosial yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya akan dialami oleh negara Eropa.

Kondisi ini diperparah oleh kebijakan Amerika dan sekutunya untuk menghukum musuh politiknya Rusia dengan melakukakan pemblokiran ekspor minyak dan pangan dari Rusia yang menimbulkan efek domino yang dapat mengarah pada krisis pangan dunia.

Namun secara tidak sadar Amerika dan sekutunya juga berperan besar dalam membuat kenaikan harga minyak dan pangan global dan jika tidak ditangani secara hati hati akan menimbulkan krisis kemanusiaan yang lebih besar lagi.

Tidak ada pemenang sejati dalam perang, yang jelas perang akan menyengsarakan banyak orang.

Rujukan: FAO Food Price Index

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun