Mohon tunggu...
Seca Faleesha
Seca Faleesha Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi Program pendidikan bahasa dan Sastra Indonesia

Nim: 190402080005

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kucin(g)ta Padamu

10 Juni 2021   09:04 Diperbarui: 10 Juni 2021   09:14 238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

lora mengangguk dan melangkah pergi ke tempat ia biasa menghabiskan waktu. para kucing yang sudah menunggu kehadiran lora lantas segera berlari menghampirinya. lora tersenyum. segera mengambil makanan kucing dari dalam tasnya dan menuangkannya di atas mangkok yang sudah ia siapkan. lora menggendong satu anak kucing yang terlihat asing.

"ah, kasihan. kamu luka, ya?"

kucing itu mengeong lirih sebagai balasan. lora mengusap kepala anak kucing itu dengan lembut. anak kucing itu kembali mengeong.

"ikut lora ke klinik hewan, ya!" lora memutar tubuhnya dan mengayunkan kakinya sembari mengajak bicara anak kucing yang terus mengeong di akhir ucapan lora. sepertinya, ada yang mulai memahami satu sama lain.

brukkk!!! kepala lora menyundul sesuatu yang keras dan tinggi. lora mengangkat kepalanya. matanya langsung menatap tajam sosok di depannya. siapa lagi kalau bukan gama!

"Lo tuh buta, ya? Udah tau....." Gama terdiam ketika menatap sosok mungil berbulu di tangan Lora. Tubuh pria setinggi 170 cm itu membeku. Bibir tipisnya nampak pucat. Terlihat dengan jelas ekspresi ketakutan dari wajahnya. Lora menatapnya bingung. Kenapa pria menyebalkan ini tiba-tiba terdiam? 5 menit lamanya pria itu masih membeku. Lora menghembuskan nafas panjang.

"Gama! Nggak jadi nyerocos? Lora mau pergi ke klinik hewan. Maaf, Lora nggak sengaja nabrak." Lora pergi meninggalkan Gama yang masih membeku.

"Makhluk aneh!"

*****

Benar saja, semua siswa langsung dikumpulkan di lapangan sekolah saat jam pelajaran berlangsung. Sepertinya, bibi Lora tidak tahan lagi jika harus menunggu sampai waktu upacara tiba.

"Siapa yang merusak pot dan bunga di pinggir tembok sekolah?!?!?!" Bu Handa berteriak kencang di depan microphone yang sudah jelas tanpa harus berteriak pun suaranya bisa terdengar hingga penjuru sekolah. Semua siswa menutup telinganya lantas berbisik. Lora menatap Gama yang bersiul dengan santai. Sama sekali tidak ada rasa penyesalan dalam wajahnya. Tentu saja, karena dia berpikir tidak ada orang yang mengetahuinya. Lora tersenyum licik. Cara terbaik mengalahkan musuh adalah dengan menggunakan kelemahannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun