Lora melempar senyum. Lantas mengangguk.
"Tolong minta kunci ruang musik ke Pak Sarmin, ya."
"Baik, Bu Handa!"
Lora lantas melangkah pergi menuju pos satpam tempat Pak Sarmin biasa menghabiskan waktu kerjanya.
"Makasih Lora." Teriak Bu Handa pelan.
Lora memutar kepalanya dan kembali melempar senyum. Tidak perlu terlalu formal dengan ibu kepala sekolah karena beliau adalah bibi Lora. Ah iya, kedua orang tua Lora meninggal dalam kecelakaan pesawat 10 tahun lalu yang menewaskan 102 orang termasuk pilotnya. Lora sendiri tergolong beruntung karena masih bisa selamat. Lora kecil yang berusia 6 tahun dirawat oleh Bibinya yang belum mempunyai keturunan setelah 8 tahun menikah.Â
Selama itu, Lora hanya ditemani kucing karena gadis itu terbilang sulit untuk memulai interaksi. Mungkin itu adalah alasan mengapa Lora lebih suka dengan kucing daripada manusia. Karena bagi Lora, kucing bukan hanya sebatas hewan. Lora hanya punya satu teman manusia saat masih kecil.Â
Tapi, sayangnya satu-satunya temannya itu pergi dan tak kembali sampai sekarang. Dan, alasan Lora pindah sekolah adalah karena dia ingin mandiri. Tapi, sayangnya sepertinya usaha untuk mandiri itu tak semudah yang ia pikirkan. Baru 5 hari berada di rumah lama bibinya yang ada di luar kota dan Lora sudah hampir membakarnya karena tidak bisa memasang gas.
Lora berjalan pelan melintasi halaman depan sekolah yang seluas jidatnya.
"Pak Sarmin!!!" Lora berteriak kencang. Bukan karena ia tidak menghormati satpam sekolah yang sudah bekerja sejak masih bujang itu. Hanya saja, Pak Sarmin punya sedikit masalah dengan indra pendengarannya.
Hening. Lora berteriak sekali lagi. Masih belum ada balasan. Lora akhirnya memutuskan langsung masuk ke pos satpam dan mengambil kunci yang digabung menjadi satu dengan tali. Tak lupa ia menulis catatan di kertas jika kunci itu kini ada di genggaman Bu Handa. Ah iya, tidak ada seorang pun di sekolah ini yang tau tentang hubungan keluarga antara Lora dan Bu Handa kecuali para staff sekolah.