Hidup berdampingan dengan damai adalah sesuatu yang indah dan membahagiakan dengan tidak saling mengganggu baik secara lahiriah maupun bathiniah.
Pada awalnya kami memang bersama -- sama satu atap menjalankan roda kehidupan dengan kesibukan dalam konteks waktu yang cukup  dinamis.
Saya lebih memilih segala sesuatu dilakukan siang hari dan dirampungkan menjelang ashar biasanya antara maghrib dan isya adalah saat - Â saat kritis menjemput kantuk menyapa malam dengan sigap dan tertidur lelap.
Sedang yang seatap dengan kami lebih memilih sekitar jam 09.00 malam menjemput malam dan mulai berikhtiar melakukan prosesi kehidupan bersama sudah menjadi habit puluhan tahun baginya melakukan rutinitas yang demikian, Â maklum dan lazim saja dalam rentang sekitar 30 tahun ini.Â
Seisi rumah menyikapinya biasa -- biasa saja, Â tidak ada yang protes ataupun komplain dengan situasi ini.
Tiga puluh lima tahun satu atap masa panjang kami bersama dan inilah pada akhirnya menjadi puncak perang dingin yang terjadi.
Di kubu saya pada awalnya bersepakat dengan anak -- anak mengusirnya saja dengan satu cara dan tanpa ampun !
Kesepakatan mengusir membuat teman satu atap memberontak dan melakukan serangan balik yang sangat tidak kami duga.
Salah satu yang membuat kemarahan meningkat saat note book di temukan hancur dan disitu data juga kepentingan terpusat.
Puncak kejengkelan kami seisi rumah bersepakat untuk membunuhnya dengan tanpa ampun sehingga berharap rumah kembali tenteram, Â karena dengan mengusir secara brutalpun tidak mempan.
Dengan perlahan saya mengaduk -- ngaduk racun khusus pesanan dari seseorang yang kami kenal trampil membunuh dengan rapih dan tidak di ketahui oleh lawan.