Akan tetapi ketakutan itu sangat terasa di lubuk hati yang sangat dalam sekali dan kalimat “takut” muncul berderai – derai dalam batin meskipun berbeda derajatnya pastikan ‘ketakutan’ pada Allah SWT adalah lebih dahsyat mari kita menilik tulisan ini sejenak :
Yuk Terbang Menuju Allah Dengan 4 Sayap Ma’rifatullah
Saya pun termenung beberapa menit menyaksikan para blogger yang terlebih dahulu swing, disana ada hijau pinus di semua lingkaran yang terjamah mata iya dominan hijau dengan kemewahan udara yang super bersih ada antrian dimana – mana kaum muda dan remaja begitu bersemangat mencoba saya menatap hambar situasi ini.
Terjadi komplikasi dalam diri antara membatalkan swing di ayunan dan ada juga keinginan kuat ingin menikmati sensasi rasa takut sehingga ke depan mampu lebih detail mendeskripsikan ‘takut itu apa’ dalam konteks uji nyali.
Laa Haula . . . saja “ceklek” besi pengaman di pinggang telah berbunyi dan dua hingga tiga kali saya berusaha meletakkan bokong di papan dudukan ayunan raksasa itu tidak berhasil karena bertubuh dengan tinggi ukuran mini, akhirnya memang di bantu oleh petugas dari mulai besi yang berbaut jumbo bergerak krek . . . krek . . . krek gerakan besi itu sudah menghilangkan nyawa dan ingatan . . . .
Yang terngiang dalam ingatan hanya teriakan tukang foto dan teman blogger yang tertawa – tawa ‘konyol’ atau ‘takjub’ entah juga.
Kesadaran muncul bahwa hutan dan bukit pinus itu hijau dan indah itupun saat di foto – foto hasil bidikan Ibu Lusijani yang mengambil dengan tekun dan indah; sedang di sana saat di ayun – ayunkan saya tak sedikitpun menikmatinya hilang semua keindahan itu di tutupi perasaan ngeri.
Memang ada senyum di foto valley swing memang ada gerakan leher ke arah pohon dan bukit pinus, sesungguhnya itu semua jauh di bawah kesadaran masih beruntung banyak komentar beragam dan klik yang lumayan baik di laman instagram demikian juga face book biasanya sepi pengunjung.
Picture dengan jauh di bawah kualitas namun cukuplah memberi kisah bahwa saya sedemikian terobsesi dengan kata deskripsi jadi senyum itu palsu bahkan senyum itu adalah hanya eksploitasi ketakutan karena pengaruh kajian tentang deskripsi.
Ciburial 2 Sya'ban 1438 H
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H