Secara jenis kelamin, didominasi jemaah perempuan sebanyak 118.606 atau 55,6% dan laki-laki sebanyak 94.669 atau 44,4%. Mereka rata-rata telah mendaftar 10 tahun lalu yang seharusnya berangkat 2022 andaikan tidak tertimpa musibah Covid-19.Â
Masih segar dalam ingatan, pandemi berdampak terhentinya penyelenggaraan ibadah haji. Indonesia tidak mengirim jemaah selama 2020 dan 2021. Tahun 2022, Indonesia berangkatkan 50% kuota.
Ada sedikit perbedaan pandangan dan praktik fiqih laki-laki dan perempuan dalam ibadah haji. Banyaknya jemaah perempuan, berdampak terhadap komposisi petugas pendampingan, terutama jemaah lansia dan risiko tinggi (risti). Kementerian Kesehatan menyebut jemaah haji 2024 yang memiliki potensi risti mencapai 72.7 persen. Besarnya angka tersebut tidak terlepas dari tingginya jemaah lanjut usia. Meski tidak selalu lansia memiliki potensi risti.
Secara komposisi usia, jemaah berusia di atas 60 tahun mencapai 79.052 atau 37,1 persen. Dari angka tersebut, jemaah yang masuk usia lanjut sebanyak 45.524 atau 21,3 persen. Jemaah lansia terbanyak berasal dari Embarkasi Solo sebanyak 8.985 orang disusul Embarkasi Surabaya sebanyak 7.669 orang.
Dilihat dari besarnya komposisi jemaah haji lansia dalam rombongan, sedikit banyak memberikan dampak dalam berbagai layanan. Mereka perlu mendapat pendampingan lebih intensif dalam berbagai aktivitas.
Fase Keberangkatan
Pada fase keberangkatan, selain pengisian kuota yang mendadak, tantangan muncul tatkala jemaah pertama kali berhadapan dengan budaya dan suasana baru. Mereka berangkat dari ragam latar belakang, sosial, budaya, tradisi, ekonomi, pendidikan, dan pemahaman keagamaan. Sekitar 210.077 jemaah atau 98,5 persen di antaranya belum pernah berhaji. Bahkan sebagian besar di antara mereka belum pernah keluar kota apalagi naik pesawat.
Berada dalam situasi penerbangan selama 9 jam pada ketinggian di atas 32.000 kaki menjadi pengalaman pertama. Ada semacam gegar budaya adaptasi penggunaan fasilitas di pesawat. Salah satunya kondisi toilet yang tidak biasa, tidak ada air, tidak ada gayung, tidak ada shower. Takut ke toilet, terus jemaah mengurangi minum. Bahkan tidak berani beranjak dari kursi.