"Kalau Anda tidak takut dengan masa-masa sulit dan hambatan-hambatan, Anda bisa sukses menciptakan nilai." -- Candice Carpenter
Rasa takut dan khawatir menghantui seluruh masyarakat Indonesia sejak Presiden Jokowi secara resmi mengumumkan ada dua warga negara Indonesia yang positif terpapar  Covid 19. Masyarakat tidak hanya takut dan khawatir tetapi juga panik . Pasalnya banyak berita-berita palsu yang simpang siur tersebar di media sosial terkait informasi tersebut
Ada yang mengatakan bahwa pemerintah akan segera melakukan lock down, menutup beberapa wilayah daerah, menutup perkantoran, sekolah, pertokoan dan supermarket. Â Ada yang mengatakan pemerintah belum memutuskan dan bertindak apapun untuk mencegah merebaknya Covid 19. Masyarakat bingung mana informasi yang benar?
Belum lagi banyak foto palsu beredar di media sosial memperlihatkan kerumunan orang sedang antre memborong sembako (sembilan bahan pokok) hingga  stok barang kosong di rak supermarket.
Berita tersebut dengan cepat menyebar dan berhasil memancing emosi sebagian warga masyarakat hingga menciptakan gelombang kepanikan yang berujung kepada panic buying atau aksi pembelian barang kebutuhan pokok secara besar-besaran. Ulah panic buying menyebabkan barang kebutuhan pokok langka di pasaran.
Menurut beberapa ahli psikologi, Panic buying merupakan bentuk respon psikologis masyarakat dalam menekan rasa cemas dan khawatir. Masyarakat akan merasa tenang dan aman menghadapi kondisi yang tidak pasti dengan melakukan panic buying.
Sebagian warga masyarakat tidak hanya melakukan panic buying sembako saja tetapi juga alat kesehatan seperti masker bedah, hand sanitizer dan vitamin.
Apotek-apotek yang bisanya sepi pengunjung tiba-tiba membludak oleh antrean warga yang siap memborong masker bedah, hand sanitizer dan vitamin. Kepanikan masyarakat lagi-lagi membuat alat kesehatan langka di pasaran.
Harga normal masker satu kotak Rp 30.000 tiba-tiba melonjak tajam menjadi ratusan ribu rupiah bahkan ada yang mencapai jutaan. Begitu pula dengan hand sanitizer. Normalnya berkisar Rp 15.000 saja  per botol,namun sejak merebak Covid-19 naik menjadi Rp 50.000. Para pedagang nakal mengeruk keuntungan besar dari kepanikan masyarakat tanpa mempertimbangkan dampaknya secara global.
Kepanikan akibat ulah sebagian warga masyarakat yang tidak cerdas berperilaku membuat harga bahan kebutuhan pokok dan alat kesehatan melambung tinggi. Dan tentunya hal ini berdampak pada lemahnya daya beli masyarakat. Lemahnya daya beli masyarakat akan berimbas pada stabilitas sistem keuangan nasional akibat lambatnya perputaran roda perekonomian.
Rush Money
Rush money atau aksi menarik uang besar-besaran yang dilakukan masyarakat dari bank atau ATM menjadi salah satu penyumbang terganggunya stabilitas sistem keuangan nasional.
Menurut Undang-Undang RI No.10 Tahun 1998 pasal 1 ayat 2 menyebutkan bahwa bank adalah sebuah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lain dengan tujuan untuk meningkatkan taraf hidup orang banyak.
Tetapi apa jadinya bila masyarakat yang menghimpun dana di bank justru hilang kepercayaannya dan ramai-ramai melakukan rush money dari bank? Tentu aksi ini sangat membahayakan kesehatan bank. Dikhawatirkan  apabila masyarakat menarik uang mereka secara besar- besaran dari bank maka bank tidak bisa membayarkan kewajibannya kepada nasabah. Ujung-ujungnya bank akan berhutang kepada negara sehingga menambah daftar hutang negara.  Tindakan ini dapat mengganggu stabilitas sistem keuangan nasional.
Panic Selling
Jika rush money dilakukan oleh para nasabah yang panik, maka panic selling dilakukan oleh para investor yang panik menjual sahamnya secara besar-besaran di pasar modal akibat semakin meluas dan agresifnya wabah Covid 19 di tanah air dan menurunnya tingkat kepercayaan investor terhadap pemerintah dalam menangani wabah tersebut.Â
Kepanikan ini membuat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terus melemah dan harga saham terjun bebas. Kondisi ini jelas dapat mengganggu stabilitas sistem keuangan nasional karena berimbas pada ekonomi secara global.
Di tengah ketidakpastian akibat wabah Covid 19, Pemerintah telah mengupayakan stabilitas sistem keuangan agar  kebijakan  makroprudensial aman terjaga.
Makroprudensial adalah kebijakan pemerintah, dalam hal ini Bank Indonesia, untuk menjaga stabilitas sistem keuangan dengan menghindari resiko-resiko yang dapat menyebabkan terjadinya krisis.
Apa hubungannya antara stabilitas sistem keuangan dengan makroprudensial?
Untuk mempermudah pemahaman arus lalu lintas ekonomi bagi  saya maupun masyarakat yang awam  dengan istilah ekonomi,  saya menggunakan analogi lalu lintas di jalan tol.
Kita tahu bahwa tol adalah jalur bebas hambatan. Oleh karena itu di sepanjang jalan tol selalu ada petugas yang bertugas mengawasi dan memastikan arus lalu lintas aman dan lancar.  Apabila terjadi kecelakaan  yang berdampak kepada kemacetan yang panjang, para petugas ini wajib turun tangan dan bekerjasama mengatur arus lalu lintas supaya kembali lancar.
 Hal ini berlaku pula dengan lalu lintas ekonomi. Bank Indonesia selaku petugas  yang  mengawasi  arus lalu lintas ekonomi wajib memastikan kalau stabilitas sistem keuangan berjalan lancar.  Jika stabilitas sistem keuangan terganggu karena roda perekonomian macet sampai menimbulkan krisis, maka Bank Indonesia akan mengeluarkan kebijakan darurat yaitu kebijakan Makroprudensial untuk menyelamatkan ekonomi nasional.
Oleh karena itu jika stabilitas sistem keuangan aman maka makroprudensial aman terjaga.
Tips Cerdas
Bank Indonesia sudah mengupayakan kebijakan makroprudensial supaya stabilitas sistem keuangan aman terjaga. Namun masyarakat yang melakukan aksi memborong sembako, menarik uang besar-besaran dari bank, dan melakukan aksi menjual saham di pasar modal telah mengganggu stabilitas sistem keuangan nasional yang bisa berdampak krisis. Ini sangat berbahaya bagi ekonomi bangsa yang akan berdampak bagi seluruh masyarakat Indonesia.Â
Masyarakat hendaknya bisa cerdas berperilaku di tengah masa sulit dan tidak pasti akibat dampak wabah Covid 19. Â Lalu apa yang dapat kita lakukan untuk turut menjaga stabilitas sistem keuangan negara?
Ada 4 tips cerdas agar masyarakat dapat mendukung ekonomi bangsa:
1.Cerdas Memilah Berita.
Berita-berita palsu (hoax) semakin merajalela di dunia maya dan sulit dibendung. Â Kitalah sebagai pembaca yang harus cerdas memilah apakah berita tersebut asli atau palsu. Â Keasliannya bisa dilihat dari situs berita. Situs yang belum terverifikasi seperti domain blog dan isi berita yang lebih menggiring pembaca kepada opini daripada fakta bisa dikategorikan sebagai berita palsu.
Belakangan  karena maraknya berita-berita palsu di media sosial,  saya jadi belajar untuk memilah berita dengan memeriksa terlebih dahulu judul dan gambar lewat google image sebelum menyebarkannya ke group whatsapp. Untungnya dengan berbekal pengalaman, logika dalam memilah berita, saya tidak terpancing dengan panic buying di awal pandemi Covid 19 merebak.
2. Â Cerdas dan bijak berbelanja
Berbelanjalah sesuai kebutuhan. Jangan main borong karena merasa mampu. Pikirkanlah kebutuhan orang lain juga. Akibat panic buying, barang-barang kebutuhan pokok  menjadi langka di pasaran dan membuat harganya melambung tinggi.
Fenomena panic buying bukan yang pertama kalinya saya saksikan. Tahun 1998 pun pernah terjadi. Tetapi saya memilih untuk berpikir dengan cerdas dan bijak. Saya tidak ikut-ikutan melakukan panic buying karena percaya stok pangan kita aman dijamin oleh pemerintah. Saya tetap berbelanja sewajarnyanya saja.
3. Cerdas menarik uang di ATM dan di bank
Bersikap bijak dalam menggunakan uang dan menarik uang di ATM atau di bank adalah contoh perilaku masyarakat yang cerdas. Tariklah uang seperlunya saja dari ATM. Jangan berlebih-lebihan. Penarikan uang dalam jumlah besar akan membuat kita bingung sendiri, mau diapakan uang dalam jumlah besar dan apakah rumah adalah tempat yang aman untuk menyimpan uang?
Saya tetap yakin bahwa bank adalah tempat yang aman untuk menyimpan uang dan berinvestasi. Oleh karena itu saya memilih tidak ikut-ikutan melakukan rush money seperti sebagian warga masyarakat yang panik.
4. Cerdas berinvestasi saham
Bijaklah dalam berinvestasi di pasar modal. Jangan ikut-ikutan melakukan aksi jual saham besar-besaran yang mengakibatkan harga saham anjlok dan merugikan negara.
Saya termasuk investor kecil yang turut merasakan kerugian akibat panic selling di bursa saham. Harga saham yang saya miliki ikut-ikutan terjun bebas akibat ulah sebagian investor.  Apakah saya panik? Ya, ada rasa panik juga. Tetapi saya memilih tetap berinvestasi di pasar modal, tidak menjualnya. Itikad saya dalam membeli saham  adalah murni untuk berinvestasi, bukan bermain saham yang hari ini beli besok jual.
Saya tetap mempertahankannya dan tetap berinvestasi. Saya percaya keadaan ini hanya sementara saja. Harga saham akan naik seiring kembalinya rasa percaya investor terhadap pemerintah.
Wabah Covid 19 menciptakan keadaan ekonomi yang sulit dan berdampak luas bagi seluruh masyarakat Indonesia. Â Tetapi kita tidak boleh takut menghadapi masa-masa sulit dan hambatan-hambatannya. Kita harus menghadapinya bersama pemerintah. Mari kita mendukung pemerintah dalam menciptakan stabilitas sistem keuangan demi keberlangsungan hidup bangsa dan negara. Oleh karena itu cerdaslah berprilaku dan ciptakanlah suatu nilai yang bisa dikontribusikan bagi negara di tengah situasi yang tidak pasti.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H