Untuk mempermudah pemahaman arus lalu lintas ekonomi bagi  saya maupun masyarakat yang awam  dengan istilah ekonomi,  saya menggunakan analogi lalu lintas di jalan tol.
Kita tahu bahwa tol adalah jalur bebas hambatan. Oleh karena itu di sepanjang jalan tol selalu ada petugas yang bertugas mengawasi dan memastikan arus lalu lintas aman dan lancar.  Apabila terjadi kecelakaan  yang berdampak kepada kemacetan yang panjang, para petugas ini wajib turun tangan dan bekerjasama mengatur arus lalu lintas supaya kembali lancar.
 Hal ini berlaku pula dengan lalu lintas ekonomi. Bank Indonesia selaku petugas  yang  mengawasi  arus lalu lintas ekonomi wajib memastikan kalau stabilitas sistem keuangan berjalan lancar.  Jika stabilitas sistem keuangan terganggu karena roda perekonomian macet sampai menimbulkan krisis, maka Bank Indonesia akan mengeluarkan kebijakan darurat yaitu kebijakan Makroprudensial untuk menyelamatkan ekonomi nasional.
Oleh karena itu jika stabilitas sistem keuangan aman maka makroprudensial aman terjaga.
Tips Cerdas
Bank Indonesia sudah mengupayakan kebijakan makroprudensial supaya stabilitas sistem keuangan aman terjaga. Namun masyarakat yang melakukan aksi memborong sembako, menarik uang besar-besaran dari bank, dan melakukan aksi menjual saham di pasar modal telah mengganggu stabilitas sistem keuangan nasional yang bisa berdampak krisis. Ini sangat berbahaya bagi ekonomi bangsa yang akan berdampak bagi seluruh masyarakat Indonesia.Â
Masyarakat hendaknya bisa cerdas berperilaku di tengah masa sulit dan tidak pasti akibat dampak wabah Covid 19. Â Lalu apa yang dapat kita lakukan untuk turut menjaga stabilitas sistem keuangan negara?
Ada 4 tips cerdas agar masyarakat dapat mendukung ekonomi bangsa:
1.Cerdas Memilah Berita.
Berita-berita palsu (hoax) semakin merajalela di dunia maya dan sulit dibendung. Â Kitalah sebagai pembaca yang harus cerdas memilah apakah berita tersebut asli atau palsu. Â Keasliannya bisa dilihat dari situs berita. Situs yang belum terverifikasi seperti domain blog dan isi berita yang lebih menggiring pembaca kepada opini daripada fakta bisa dikategorikan sebagai berita palsu.
Belakangan  karena maraknya berita-berita palsu di media sosial,  saya jadi belajar untuk memilah berita dengan memeriksa terlebih dahulu judul dan gambar lewat google image sebelum menyebarkannya ke group whatsapp. Untungnya dengan berbekal pengalaman, logika dalam memilah berita, saya tidak terpancing dengan panic buying di awal pandemi Covid 19 merebak.