Waktu terus berjalan. Tak ada pergerakan. Tak ada yang datang dan pergi. Empat orang yang main domino tak berganti-ganti. Pemain catur juga tetap itu-itu saja. Beberapa orang yang main game juga tak bergerak.
Sampai pukul dua pagi. Mereka tak peduli. Satu pun tak ada yang beringsut dari tempatnya. Sorak kalah dan menang, serta umpatan-umpatan kadang nyaring kadang pelan. Pukul 5 pagi mereka bubar.
Saat itulah kegemparan dimulai. Salah seorang dari mereka menemukan rumah kosong terbuka. Biasanya terkunci. Merasa curiga masuk dan menemukan ada mayat Tiwi dalam ruangan.
Lalu siapa yang dengan kejam melakukan perkosaan dilanjutkan dengan pembunuhan itu? Bukankah cowok Gang Rumpun yang sudah terkenal tukang gebuki orang yang apel malam minggu di Gang itu?
Atau barangkali ada tempat mangkal lain dengan geng Gang Rumpun yang lain?
+++++
Karena takut akan dijadikan tersangka, Dimas menelepon Bapaknya beberapa saat setelah sampai di rumah.
"Yah. Kapan Pulang?"
"Emangnya kenapa? Tumben biasanya tak pernah nanya. Aku dan ibu baik-baik saja. Masih tiga hari lagi. Urusan ayah belum selesai."
"Dimas dapat masalah, Yah."
"Masalah apa? He, jangan buat Ayah khawatir. Ayo cerita."