Diam mematung. Para pejabat kota tahu konsekuensinya.
"Istriku, apa yang harus kita lakukan kepada para pejabat kebanggaan kita ini?"
Pemimpin kota melemparkan pandangnya kepada seorang laki-laki berpakaian laksana putri kerajaan yang duduk pada sisi lain ruangan, berhadapan dengan para pejabat.
"Kamu bisa menghapus satu di antara mereka, sayang! Sekedar sebagai pelajaran agar lebih taat."
Jawab sang laki-laki.
"Usul brilian."
Satu dari tiga perempuan yang berdiri dalam rombongan para pejabat tersungkur ketika Sang Pemimpin menekan tombol panel di atas mejanya. Dalam sekejap, tubuhnya hangus terbakar. Berubah menjadi debu hitam di atas ubin pualam.
"Sembilan nol dua dua satu empat! Aku mengangkatmu menjadi Jenderal baru kota. Bergegas ke pusat pengawasan. Bawa para penyusup ke sini. Hidup atau mati."
Pria muda yang berdiri di tengah rombongan maju melangkah menghadap Pemimpin Kota.
Blip!
Batas ruang matriks menyala saat Suami Menik duduk memegang kemudi. Guruh berada di sampingnya dengan kaca jendela terbuka. Dibelakang mereka dua prajurit penyerta bersandar diam tanpa berucap sepatah katapun.