“Kamu tiba dari Wonosobo, kapan?’, Sekretaris Dinas bertanya.
“Baru, Pak Ses. Ada lima belas menit ini.”Guruh mengambil tempat duduk di depan Cindy.
Dalam banyak situasi, pimpinan kita memainkan peran sentral sebagai manajer, ahli, risk taker, objective director dan decision maker. Mereka Superman. Wonder woman. Dipuja. Dijunjung. Semua anugrah yang memisahkan mereka dari orang biasa. Dari kehidupan biasa. Dari kegembiraan biasa. Dari semua yang biasa.
“Apa oleh-olehnya?’ Pak Joko menggoda.
“Capek oleh-olehnya,Pak.” Guruh menjawab serius.
Koor bariton menggema dari paduan tawa Pak Joko dan sekretarisnya.
Pada akhirnya, orang-orang luar biasa ini berubah menjadi pribadi tertulah. Terjerembab dalam sepi. Tertawan kekosongan. Disesah kegelisahan. Dihantui kesendirian. The eagle flies alone.
“ Bagaimana kabar Bapak Ibumu?” Pak Joko bertanya.
“Puji Tuhan. Sehat, Pak. Kemarin sempat akrobat di Wonosobo?”
“Akrobat?,”
“Itu, Pak….mini bus yang ditumpangi ke Selomerto sempat terbang naik trotoar.”