Mohon tunggu...
Roni Sulistiyono
Roni Sulistiyono Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Saya seorang dosen dalam bidang pendidikan bahasa dan sastra Indonesia., yaitu dosen PBSI. Saat ini saya sedang menempuh studi s-3 di Pendidikan Bahasa Indonesia UNS

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

TPaCK Menjadi Bekal Guru (Dosen) dalam Pembelajaran Abad 21

19 Juli 2023   12:30 Diperbarui: 19 Juli 2023   12:39 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

TPACK MENJADI BEKAL GURU (DOSEN) DALAM PEMBELAJARAN ABAD 21

Roni Sulistiyono dan Muhammad Rohmadi

Dalam menghadapi era society 5.0 dan revolusi industri 4.0, dunia Pendidikan membutuhkan perubahan paradigma. Perubahan tersebut terletak pada meminimalkan peran pindidik sebagai learning material provider, meminimalkan dominansi pendidik dalam pembelajaran, pusat pembelajaran terletak pada siswa, pendidik menjadi inspirator bagi siswanya, pendidik sebagai fasilitator dalam pembelajaran, dan pendidik sebagai motivator. Terlebih lagi perubahan revolusi industri 4.0 yang menekankan pada pemanfaatan berbagai inovasi yang lahir pada era revolusi industri 4.0. Untuk itu, pendidik harus memanfaatkan perkembangan digital dalam kegiatan pembelajaran, misalnya internet on things dan big data.

Pendidikan pada era revolusi industri 4.0 menuntut guru menguasai perkembangan teknologi untuk diintegrasikan dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini juga sejalan dengan karakteristik pembelajaran abad 21 yang menekankan pada pemanfaatan sarana teknologi informasi dalam kegiatan pembelajaran. Pembelajaran Abad 21 merupakan pembelajaran yang mempersiapkan generasi Abad 21 dengan kemajuan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK atau ICT) yang berkembang begitu cepat. 

Melalui pemanfaatan perkembangan teknologi, guru mampu memberikan layanan pembelajaran kepada siswa sesuai dengan kebutuhan siswa. Dapat kita ketahui saat ini, bahwa sebagian besar siswa sudah menggunakan gawai sebagai alat komunikasi, bahkan untuk memanfaatkan aplikasi-aplikasi yang ditawarkan dalam gawai tersebut. Oleh karena itu, guru dituntut memanfaatkan sarana perkembangan teknologi tersebut dalam kegiatan pembelajaran agar pembelajaran yang diciptakan guru sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan siswa.

Penggunaan teknologi dalam pembelajaran memberikan manfaat, yaitu dapat meningkatkan perhatian, konsentrasi, motivasi, dan kemandirian siswa. Sementara manfaat bagi guru dapat mereduksi penggunaan waktu penyampaian materi, membuat pengalaman belajar siswa lebih menyenangkan, mendesain materi lebih menarik, dan mendorong guru untuk meningkatkan pengetahan dan kemampuan mengenai komputer sehingga guru tidak gagap teknologi. Hal itu relevan dengan pendapatnya Gallupe (2003) bahwa tujuan penggunaan teknologi dalam pembelajaran dapat meningkatkan kualitas pembelajaran, kepuasan siswa, penghasilan, dan kualitas pelayanan.

Berdasarkan undang-undang guru dan dosen no 14 tahun 2005, pekerjaan guru dan dosen merupakan pekerjaan yang profesional. Untuk mendapatkan gelar profesional, seorang guru dan dosen harus memiliki empat kompetensi, yaitu kompentensi pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi sosial, dan kompetensi kepribadian. Kompetensi pedagogik merupakan kompetensi yang berhubungan dengan kegiatan pembelajaran, misalnya kemampuan mengelola kelas, memahami karakteristik kepribadian peserta didik, memahami evaluasi, memahami dan mempraktikkan penggunaan media, model, pendekatan, strategi, dan teknik pembelajaran. 

Sementara kompetensi profesional adalah kompetensi dalam bidang penguasaan materi sesuai bidang atau disiplin ilmunya. Kompetensi sosial berkaitan erat dengan hubungan sosial guru dan dosen di tengah masyarakat, hubungan dengan sesama guru, kepala sekolah, peserta didik, dan orang tua/wali peserta didik. Sementara itu, kompetensi kepribadian adalah kompetensi dalam hal perilaku, karakter, pribadi yang mulia yang mampu menjadi teladan bagi peserta didik.

Untuk mendukung pembelajaran yang sesuai dengan materi, karakteristik siswa, strategi pembelajaran, dan perkembangan teknologi, guru dapat mengimplementasikan pendekatan TPaCK dalam pembelajaran. Pendekatan TPaCK merupakan kerangka teoritis yang mengintegrasikan teknologi, pedagogik, dan materi pelajaran. Apabila mengutip pendapat Koehler &Mishra (2009) bahwa TPaCK adalah kompetensi guru untuk mengintegrasikan antara kemampuan profesional, kemampuan pedagogi, dan teknologi dalam pembelajaran.

TPaCK merupakan pengembangan dari Pedagogical Content Knowledge (PCK). PCK pertama kali digagas oleh Shulman pada tahun 1986, bahwa seorang guru harus menguasai pedagogical knowledge (PK) dan content knowledge (CK). Perpaduan PK dan CK tersebut berarti seorang guru harus menguasai konten/materi tetapi juga pedagogi dalam menciptakan pembelajaran. Menurut Shulman (1986), content knowledge meliputi pengetahuan konsep, teori, ide, kerangka berpikir, metode pembuktian dan bukti. Pedagogical knowledge berkaitan dengan cara dan proses mengajar yang meliputi pengetahuan tentang manajemen kelas, tugas, perencanaan pembelajaran dan pembelajaran siswa.

Koehler dkk. (2013) menjelaskan bahwa Technological Pedagogical Content Knowledge (TPACK) mempunyai tiga komponen utama yaitu technological knowledge, content knowledge, dan pedagogical knowledge. Ketiga komponen tesebut apabila diintegrasikan dapat berhubungan satu dengan yang lain dan tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya. 

Selanjutnya dapat membentuk turunan tiga komponen utama menjadi tujuh komponen turunan, yaitu 1) technological knowledge (TK), 2) pedagogical knowledge (PK), 3) content knowledge (CK), 4) technological content knowledge (TCK), 5) pedagogical content knowledge (PCK), 6) technological pedagogical knowledge (TPK), 7) technological pedagogical content knowledge (TPaCK) (Agyei & Voogt, 2012)

Technological knowledge (TK) merupakan pengetahuan dan penguasaan guru tentang teknologi, software, atau aplikasi yang dapat digunakan untuk pembelajaran. Seorang guru harus mampu beradaptasi dan menggunakan teknologi sesuai dengan perkembangannya. Pedagogical knowledge (PK) merupakan pengetahuan guru tentang karakteristik siswa, pengembangan rencana pembelajaran dan evaluasi hasil belajar, serta metode/model/strategi pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran. 

Content knowledge (CK) merupakan penguasaan guru terhadap materi pembelajaran atau substansi materi secara luas dan mendalam. Technological content knowledge (TCK) merupakan kemampuan guru dalam menyampaikan materi dengan memanfaatkan sarana teknologi. Pedagogical content knowledge (PCK) merupakan kemampuan guru dalam menyampaikan materi kepada siswa dengan memanfaatkan model, metode, teknik pembelajaran yang tepat. 

Dalam menyampaikan materi, guru tidak hanya sekedar memberi materi tanpa mempertimbangkan strategi penyampaiannya, tetapi guru harus menggunakan strategi tertentu dalam menyampaikan materi agar materi tersebut dapat diterima dengan mudah oleh siswa. Oleh karena itu, PCK merupakan ketepatan guru dalam memilih pendekatan atau strategi sesuai materi dan karakteristik siswa, karena tidak semua strategi cocok digunakan pada semua materi atau pada semua siswa. 

Technological pedagogical knowledge (TPK). TPK menidentifikasi hubungan timbal balik antara teknologi dan pedagogi. TPK merupakan kemampuan guru dalam memilih dan memanfaatkan teknologi yang tepat untuk mendukung penerapan berbagai perangkat pembelajaran yang digunakan. 

Jadi, Technological Pedagogical Content Knowledge (TPaCK) merupakan kemampuan guru dalam menyelenggarakan pembelajaran dengan mengintegrasikan strategi pembelajaran dan teknologi yang sesuai dengan materi dan karakteristik siswa. TPaCK merupakan optimalisasi TK yang digunakan dalam pembelajaran untuk mengintegrasikan CK, PK, dan PCK menjadi satu kesatuan yang utuh dan dapat menghasilkan proses pembelajaran yang efektif, efisien, dan menarik (Rahman, 2015).

Bagaimana Implementasi TPaCK dalam pembelajaran Bahasa Indonesia dengan capian pembelajaran siswa mampu memahami ciri kebahasaan dan struktur teks cerita rakyat? Berdasarkan pertanyaan tersebut dapat kita cari jawabannya dengan cara memilah sesuai  tujuh komponen TPaCK sebagai berikut.

Technological knowledge (TK)

Kompone TK ini dapat dilakukan guru dengan cara memilih teknologi yang relevan, misalnya saja memilih video yang ada di YouTube atau media pembelajaran lainnya yang berbasis IT, seperti memanfaatkan google classroom, zoom, gmeet, Quizizz, mentimeter, kahoot, tiktok, Instagram, dll

Pedagogical knowledge (PK)

Komponen PK dapat dilakukan oleh guru dengan memilih model, metode, pendekatan, dan teknik pembelajaran yang terpusat pada siswa, misalnya discovery learning, problem-based learning, project-based learning, dan cooperative learning.

Content knowledge (CK)

Terkait capaian pembelajaran siswa mampu memahami ciri kebahasaan dan struktur teks cerita rakyat maka content knowledge yang harus dikuasi guru adalah ciri kebahasaan dan struktur cerita rakyat. Adapun ciri kebahasan cerita rakyat yang perlu dikuasai atau dipahami guru adalah menggunakan urutan waktu, menggunakan kata kerja tindakan, menggunakan kata kerja, menggunakan kata sifat, menggunaan kata sandang, menggunakan sudut pandang tokoh ketiga, dan menggunakan dialog (Kosasih dan Kurniawan, 2018). 

Sementara itu struktur teks cerita rakyat adalah orientasi, komplikasi, resolusi, dan koda. Orientasi merupakan bagian pendahuluan yang menceritakan beberapa konsep, antara lain seperti waktu, tempat, dan tokoh. Komplikasi merupakan gambaran mengenai waktu, tokoh, dan tempat. Resolusi adalah suatu pemaparan bagaimana jalan keluar yang dihadapi tokoh dalam cerita tersebut. Selanjutnya, koda teks cerita rakyat adalah pesan moral untuk pendengar atau pembaca yang ada dalam cerita rakyat.

Technological Content Knowledge (TCK)

Komponen technological content knowledge dapat dilihat dari teknologi apa yang digunakan guru untuk menjelaskan materi atau mencapai tujuan pembelajaran. Terkait capaian pembelajaran memahami struktur dan ciri kebahasaan teks cerita rakyat, maka guru dapat memanfaatkan perkembangan teknologi berupa video yang ada di YouTube. Cerita rakyat yang sudah digunggah di YouTube banyak sekali, misalnya Sangkuriang Legenda Gunung Tangkuban Perahu: Cerita Rakyat Jawa Barat. Pada saat melakukan pre-test atau post-test, guru dapat menggunakan platform google classroom, Quizizz, mentimeter, kahoot, dll

Pedagogical Content Knowledge (PCK)

PCK merupakan kemampuan guru dalam menyampaikan materi kepada siswa. Dalam menyampaikan materi, guru tidak hanya sekedar memberi materi tetapi menggunakan strategi tertentu dalam menyampaikan materi agar mudah diterima oleh siswa. Startegi yang dipilih misalnya menentukan model, metode, pendekatan, dan teknik dalam pembelajaran.

Apabila sesuai dengan capaian pembelajaran siswa mampu memahami ciri kebahasaan dan struktur teks cerita rakyat, maka ini masuk dalam ranah pengetahuan. Untuk itu model pembelajaran yang terlevan bisa berupa discovery learning dan metode diskusi. Meskipun demikian bisa juga menggunakan model atau metode lain sesuai karakteristik siswanya.

Technological Pedagogical Knowledge (TPK)

TPK merupakan hubungan timbal balik antara teknologi dan pedagogi. TPK juga merupakan kemampuan guru dalam memilih dan memanfaatkan teknologi yang tepat untuk mendukung penerapan berbagai perangkat pembelajaran yang digunakan.

Technological Pedagogical Content Knowledge (TPaCK)

TPaCK merupakan kemampuan guru dalam menyelenggarakan pembelajaran dengan mengintegrasikan strategi pembelajaran dan teknologi agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Terkait capaian pembelajaran siswa mampu memahami ciri kebahasaan dan struktur teks cerita rakyat, maka TPaCK yang digunakan berkaitan erat dengan pemanfaatan teknologi video yang diambil dari YouTube dengan materi cerita rakyat Sangkuriang. Video diputar saat pemberian rangsangan pembelajaran. 

Hal ini sesuai dengan sintak dari discovery learning tahap pertama pemberian ransangan. Selain itu, guru dapat memanfaatkan sarana google classroom, Quizizz, mentimeter, kahoot, dll pada saat pre-tes atau post-test. Selanjutnya yang tidak kalah penting adalah kemampuan guru menguasai materi tentang ciri kebahasaan dan struktur teks cerita rakyat, dan memilih model pembelajaran yang relevan dengan materi dan karakteristik siswanya. Model pembelajaran yang digunakan misalnya discovery learning. 

Model discovery learning dipakai untuk memandu jalannya kegiatan pembelajarannya agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Pada saat siswa presentasi tugas, siswa dapat memanfaatkan canva agar materi presentasi lebih menarik.

 

Kesimpulan

Melalui pemanfaatan TPaCK, kegiatan pembelajaran yang sudah disiapkan guru mampu mengintegrasikan Technological knowledge, Conten Knowladge, Pedagogical Knowladge, dan Pedagogical Content Knowledge menjadi satu kesatuan yang utuh dan dapat menghasilkan proses pembelajaran yang efektif, efisien, dan menarik sehingga karakteristik pembelajaran abad 21 dapat terciptakan.

Penulis:

Roni Sulistiyono, Mahasiswa Doktoral Pendidikan Bahasa Indonesia, Universitas Sebelas Maret Surakarta dan dosen di PBSI FKIP UAD.

Muhamad Rahmadi, Dosen PBSI FKIP UNS

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun