Mohon tunggu...
Ronaldo Tengker
Ronaldo Tengker Mohon Tunggu... Penulis - Writer

The Author of: The Unconditional Love (2012), Beautiful Exchange (2013), Everlasting Love (2015), FriendShape (2015), The One I Love (2016), Romeo and Julio (2017), The Unconditional Love 2 (2021), You Only Love Once (soon)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Let Me Be Your Miracle (Cerpen Natal)

24 Desember 2019   07:53 Diperbarui: 24 Desember 2019   07:53 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apakah kamu akan tetap merasa bersyukur jika hidupmu terasa berat dan tak ada jalan keluar?

Seorang gadis berusia 13 tahun membaca secarik kertas yang dia temukan pada saat menyapu halaman Panti Asuhan. Dia mengangkat alisnya, meletakkan sapunya di atas lantai, berusaha memikirkan kata-kata yang baru saja dibacanya.

Terlalu berat bagi seorang gadis belia untuk memikirkan kata-kata seperti itu. Dimasukkannya secarik kertas itu di dalam saku daster yang terlihat kebesaran, daster yang seharusnya dikenakan oleh gadis 5 tahun di atasnya.

"Snow!" panggil seseorang dari dalam rumah Panti Asuhan itu.

"Iya sebentar, Bu." Snow pun segera membereskan sapunya dan berlari masuk ke dalam bangunan yang sudah tua namun masih terawat itu. Dia sudah hapal dengan denah Panti Asuhan yang ditempatinya selama 12 tahun itu. Snow sewaktu berusia satu tahun dulu ditemukan warga sekitar Desa karena orangtuanya meninggal karena Kebakaran melalap habis rumahnya.

Tak ada sanak saudara yang mau mengurus Snow, sehingga warga desa sekitar memutuskan untuk menaruhnya di dalam panti asuhan desa itu, satu-satunya panti asuhan yang menampung 20 anak yang sebagian besar sudah tidak memiliki keluarga.

"Snow, apa sudah selesai menyapunya, Nak?" ujar Bu Santi, Ibu Kepala Panti Asuhan. Bagi Snow Bu Santi adalah orang yang baik, karena dia berbicara dengan lemah lembut padanya. Snow mengangguk dengan cepat. "Apa kamu capek, Snow?" Bu Santi mengusap pundaknya dengan pelan.

Snow menggeleng. "Saya akan mengembalikan botol-botol susu ya, Bu? Sudah banyak botol-botol itu menumpuk." Snow dengan riang mengamati wajah Bu Santi dengan polos.

"Oh, iya." Bu Santi teringat bahwa ini adalah akhir bulan, dan dia harus membayar persediaan susu, agar anak-anak panti memiliki gizi yang cukup. "Ini, kamu bayar ya di Pak Sendy, untuk persediaan bulan depan." Bu Santi memberi uang kepada Snow dengan nominal yang cukup besar.

Di panti itu hanya Snow yang tertua. Jadi, Bu Santi hanya memercayakan hal persediaan susu dan persediaan makanan kepada Snow.

"Terima kasih, Bu." Snow segera pamit dan mendorong sepedanya yang usang itu, "Saya pamit sebentar ya, Bu." Snow adalah anak yang baik, Bu Santi tahu itu, dia beruntung bisa menemukan Snow. Bu Santi mengamati Snow yang sudah menghilang di balik pepohonan, di luar panti.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun