“Iya tante, saya memaafkan tante dan om…” Aku hanya bisa berkata-kata seperti itu di tengah tangisanku.
“Jangan panggil kami tante dan om… kamu boleh memanggil papa dan mama mulai dari sekarang.” Aku tenggelam dalam pelukan papa dan mamaku yang baru. Aku bersyukur, akhirnya doaku terjawab sekarang, meskipun aku harus menunggu selama bertahun-tahun, menunggu keajaiban yang Tuhan kepadaku.
***
Perlu waktu berhari-hari untuk proses penyembuhan Santa. Aku yang kini berpindah dari rumah kumuh ke rumah mewah milik orangtua baruku. Seluruh orang yang dulu pernah menghina dan menyakitiku, diberikan sumbangan oleh papaku, dia memberi mereka uang untuk hidup. Mereka kaget, mereka meminta maaf kepadaku, karena dulu pernah menghinaku.
Aku selalu memaafkan orang yang telah menyakitiku, aku hanya berdoa agar Tuhan tidak membalasnya, karena orang yang menyakitiku tidak tahu apa yang mereka perbuat kepadaku. Bukankah lebih membahagiakan kalau kita bisa mengasihi musuh-musuh kita, orang -orang yang membenci kita? Bukankah Tuhan sudah mengajarkan agar kita mengasihi musuh-musuh kita, meskipun itu berat? Aku belajar untuk memaafkan dan mengampuni mereka.
Hari ini, Santa sudah diperbolehkan pulang, aku, papa dan mama menjemputnya. Dia terlihat sehat-sehat saja setelah 4 minggu berada di rumah sakit.
“Santa,” Aku memeluknya lalu menangis tersedu dipelukannya.
“Claus…” dia juga menangis. “Terima kasih sudah menyelamatkan nyawaku, mungkin tanpamu aku sudah meninggal… aku berterima kasih kepada Tuhan.” Santa menangis tersedu. Aku memeluknya yang sedang terduduk di kursi roda. “Aku bersyukur bertemu denganmu, adikku.”
Aku tersentak kaget ketika mendengar Santa menyebutkan kata adik untukku.
“Kamu sudah tahu?” aku melepaskan pelukannya, melihat wajahnya yang masih dibalut perban di daerah kepala dan dia mengangguk pelan.
“Papa dan mama memberitahuku, mereka sudah menceritakan semuanya, Claus.”