Mohon tunggu...
Sri Romdhoni Warta Kuncoro
Sri Romdhoni Warta Kuncoro Mohon Tunggu... Buruh - Pendoa

• Manusia Indonesia. • Penyuka bubur kacang ijo dengan santan kental serta roti bakar isi coklat kacang. • Gemar bersepeda dan naik motor menjelajahi lekuk bumi guna menikmati lukisan Tuhan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sebuah Pohon yang Membuat Walikota Marah

1 Desember 2023   20:39 Diperbarui: 1 Desember 2023   21:28 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Banjir enggan memperlihatkan tanda-tanda surut. Apakah akan selamanya? Bila iya, bagaimana nasib mereka. 

"Tuhan marah karena kesyirikan kalian". Walikota mulai mengungkit lagi. 

"Bukankah para pejabatnya yang tidak becus mengelola tata kota?". Pemilik pohon membalas. Perdebatan memanas sampai memaksa ajudan menengahi. "Sudahlah. Tak baik berdebat dalam kondisi begini". Walikota tidak senang anak buahnya ikut campur. 

"Tuhan tidak suka diduakan". Kekenyangan membuat watak aslinya kembali menghantam.

"Masih saja menuduh", balas pemilik pohon marah. "Tuhan jengkel melihat keserakahan kalian. Pejabat membuat regulasi yang membiarkan hutan digunduli, bukit-bukit dilubangi, tanah-tanah digali. Lihat kondisi kota kita. Rakyat kecil tak punya suara, kerap kalah bila berhadapan dengan aparatur negara"

Balas membalas bertanduk-tanduk. Suasana jadi ricuh. 

"Diam!" suara kencang dari perempuan yang meneteki bayinya. "Sadarlah. Kita semua punya kontribusi membuat banjir ini"

"Perempuan cerewet! Tahu apa soal banjir?". Walikota berkacak pinggang. Merasa kuasa masih terpegang.

"Walikota goblok! Apa kerja kau selama ini!". Serangan balasan perempuan melingkar telak.

"Sialan! Dasar rakyat pandir! Kerjaku telah kau nikmati dari pagi sampai malam, dari kau berak hingga tidur nyenyak"

"Tak tahu malu! Hampir mati kelaparan sempat-sempatnya klaim keberhasilan. Minggat dari sini!". Para pemanjat marah melihat kesombongan pemimpinnya. "Cepat! Daripada kami ceburkan"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun