Semakin lama orang-orang berdatangan. Berduyun-duyun membawa barang yang dianggap penting saja. Mereka berlindung dibawah pohon walau kuyub menerpa. Akhirnya hempasan banjir menyasar wilayah itu.Â
"Naik ke pohon! Dahulukan anak-anak". Pemilik pohon berjibaku saling bahu membahu membantu menaikkan orang. Hujan tambah deras dan air tambah tinggi. Orang-orang memanjat mencari posisi paling aman dan nyaman. Sampai pada tidak sadar, sudah berapa lama mereka dihempas hujan. Pandangan mereka hanya disuguhi kepekatan. Lampu-lampu dimatikan dari pusat. Kegelapan meringkus tempat, akhirnya bisa diakrabi. Air terpantul dari cahaya senter yang mereka nyalakan. air bah melaju mengerikan.Â
***
Fajar menyingsing dengan coretan-coretan merah memanjang. Matahari diufuk timur menyapu kota yang dicengkeram air bah. Hening menyambut pagi. Semalaman di gelap malam membuat orang-orang diatas pohon kaget. Ternyata banjir telah memusnahkan kota mereka. Mata  disuguhi bentang air yang berkilo-kilometer jauhnya. Pohon gede menjadi satu-satunya julangan tertinggi. Hanya air yang mereka lihat.Â
"Benar-benar mengerikan". Celoteh bersahutan diantara para pemanjat pohon. "Bagaimana nasib penduduk lainnya?"
"Entahlah". Ucap yang lain.
Benda-benda timbul tenggelam terbawa terjangan air. Ada yang tersangkut dirimbunnya pohon. Tas koper, bungkusan beraneka rupa, kasur, kulkas, mobil, brankas,...
Para pemanjat pohon mengambil yang bisa diraih.
"Aku dapat roti. Alhamdulillah", ucap seorang dari mereka. "Mungkin dari supermarket yang porak-poranda".
"Wooo, banyak sekali makanan. Tuhan menolong kita". Kardus-kardus berisi makanan dan minuman berceceran tersangkut dedahanan.
Mereka mengambili, membagikan diantara mereka. Merasa senasib, apapun yang teraih dibagi-bagi.Â