Mohon tunggu...
Sri Romdhoni Warta Kuncoro
Sri Romdhoni Warta Kuncoro Mohon Tunggu... Buruh - Pendoa

• Manusia Indonesia. • Penyuka bubur kacang ijo dengan santan kental serta roti bakar isi coklat kacang. • Gemar bersepeda dan naik motor menjelajahi lekuk bumi guna menikmati lukisan Tuhan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen: Kesumba di Tanah Perlawanan

15 Februari 2022   13:19 Diperbarui: 18 Februari 2022   00:40 847
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar diolah pakai Picsart

"Aku malah tidak sampai mikir itu. Yang aku pikirkan tentang ganti rugi atau transmigrasi."

Setiap Pahing, Sularmi mendatangi nisan suaminya. Karena disetiap penangggalan Jawa itulah jasad suaminya diketemukan. Membawa kendi dan sedikit bunga mawar untuk disebarkan di atas pusaranya. Hingga waktupun tiba. Dam raksasa waduk Kedungombo selesai dibangun dengan ditandai gelontoran air berjuta-juta kubik. 

Pelahan tetapi pasti dusun mereka tenggelam. Beruntungnya, lahan rumah Kartodikromo tak semuanya diterjang limpahan air. Hanya beberapa meter berjarak dari tepian. 

Memang, sebagian besar tanah miliknya dipaksa merunduk di bawah hamparan air. Sularmi masih bisa bertahan walau haknya sempit. Bersama Jinten, dia menanami lahan sisa. Cukup atau tidak hanya itu yang bisa dia lakukan.

Pemakaman menjadi pulau tersendiri. Beberapa nisan tenggelam, tetapi yang di atas tak tersentuh. Termasuk nisan Kartodikromo. di bawah rindangnya pohon Kesumba, kuburan itu menarik perhatian. 

Apalagi jika berbunga dan bertaburan buah. Warna merah dan kuning membuat pulau itu bak mahligai dikejauhan. Sularmi dipaksa mendayung perahu bersama Jinten bila jadwal ziarah melintas. Awalnya dia takut, tetapi tekad dan rasa cinta membuat dia tertempa. Kayuhan dayung menjadi kebiasaan.

***

Sepeda Gazelle milik Supar, pakliknya, dituntun masuk rumah. Benda warisan yang dia selamatkan sebelum air menenggelamkannya. Bagi mahasiswa di sebuah perguruan tinggi negeri dikota tetangga, sepeda itu peninggalan yang sungguh berharga. 

Dua minggu atau tiga minggu sekali dia menjenguk Simboknya. Gazelle menemani mewujudkan langkahnya. Rumahnya menyendiri, jauh dari rumah tetangga. 

Entah sekarang masuk wilayah mana, karena Kedungbubrah sudah hilang dari peta. Kabarnya, ada desa baru yang terbentuk hasil dari lahan perhutani yang dijadikan ganti rugi.

"Kamu, Ten?" Simbok menoleh sesaat sebelum melanjutkan kesibukannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun