Berhasil dengan skenarionya, Samarattungga lega. Momentum yang ditunggu terukir senyap. Ia merasa tenang andai sewaktu-waktu pamit untuk lengser keprabon mandeg pandita meninggalkan segala hal yang menyangkut duniawi. Titah serta nasehat diberikan sebagai pesan terakhir kepada dua insan pengantin baru. Dikemudian masa ia mengasingkan diri bertapa dan kemudian moksa.
Sementara itu, Rakai Pikatan akhirnya berhasil mengendalikan roda pemerintahan kerajaan  Mataram kuno. Tidak mudah memang, karena percik-percik kecurigaan dirasakan masih hinggap pada sekelompok rakyat.
Balaputradewa akhirnya menyadari kenyataan atas takdirnya, tahta kerajaan Mataram Kuno gagal diraihnya. Singkat cerita laju raganya diarahkan ke Swarnadwipa(Sumatera)menuju ke Sriwijaya, asal ibunya. Disana nantinya, ia menjadi raja Sriwijaya dengan reputasi gemilang.Â
Dibawah kendali mereka berdua-sejatinya Rakai Pikatan lah-yang memegang penuh roda pemerintahan, wangsa Sanjaya menuju kebangkitan.Â
Sebagai bentuk cinta pada sang permaisuri, Rakai Pikatan mendirikan candi Plaosan dengan sentuhan ciri Hindu. Ahli pahat didatangkan dari sekitaran kerajaan yang mempunyai level mumpuni bahkan dari tanah Hindustan. Inilah bentuk apresiasi buat rakyat di kerajaan Medang yang rukun walau beda aliran kepercayaan. Kedamaian menjadi tiang bagi keamanan kerajaan.Â
Rakai Pikatan melanjutkan watak mertuanya dalam menjalankan pemerintah. Seni dan budaya lebih mendapat tempat. Candi-candi didirikan dibeberapa wilayah. Tercatat, puluhan candi didirikan, candi Prambanan, Sojiwan, Sambisari, bahkan Bhumisambarabudhara atau candi Borobudur peresmiannya diketok oleh Pramodhawardhani. Â
Benih perkawinan keduanya membuahkan beberapa keturunan, diantaranya Rakai Kayuwangi. Anak bungsu Pramodhawardhani ini menjadi kelanjutan dari dua wangsa. Â
Bentuk agraris kerajaan Medang-karena bentang alam yang tertutup dan tidak mempunyai kekuatan ekonomi lain-membuat Medang kesulitan mengembangkan potensi. Ini disadari para raja yang pernah memerintah Mataram Kuno.
Kalau dibiarkan terus menerus tanpa teroboson holistik akan membahayakan eksistensi Medang.
Di era mpu Sindok menjadi raja, akhirnya Mataram Kuno dipindahkan ke wilayah timur melompati beberapa gunung. Faktor serangan berkali-kali oleh Sriwijaya serta letusan gunung merapi menjadi sebab musabab. Letusan gunung Merapi merupakan pralaya(hancurnya dunia di masa kaliyuga).Â
Balaputradewa yang berhasil menjadi raja di Sriwijaya melaksanakan terornya. Beberapa kali bala pasukannya menusuk jantung kekuasaan Mataram Kuno tapi selalu gagal. Dendam masih membara, benci kepati-pati.