Sangiran itu mirip mercusuar di tepian pantai, menjadi patokan para arkeolog untuk mendapatkan "rantai yang hilang"(missing link) dalam sejarah peradaban manusia. Walaupun kenyataanya missing link itu tidak(belum?) didapatkan di Sangiran.Â
Tapi bisa jadi dikemudian hari, diwilayah ini akan ditemukan fosil yang akan menggegerkan jagat arkeolog. Dunia itu serba kemungkinan. Ditunggu saja.
G.H.R von Koenigswald akhirnya melakukan ekskavasi dengan segera setelah mengetahui temuan-temuan penduduk Sangiran banyak diperlakukan tidak semestinya. Bagi warga ditepi sungai Cemara( anak sungai Bengawan Solo), balung buto yang mereka temukan bukan hal mewah.Â
Jadi jangan heran jika balung buto dijadikan hiasan ditepi sawah, ganjal pintu, mainan anak-anak, saluran pipa air.
Rasa keilmuwanannya serta eman mengharuskan ia tinggal dirumah si carik desa. Kubah seluas 56 kilometer persegi (sebagian diantaranya masuk wilayah kabupaten Karanganyar) ia fokuskan untuk melampiaskan rasa penasarannya.Â
Dibantu penduduk sekitar, von Koenigswald menerima temuan-temuan baik berupa atap tengkorak, belalai gajah purba, tulang paha, dan lain sebagainya.
Untuk itu, Â pria yang lahir di Berlin, 13 November 1902 kadang harus merogoh koceknya sebagai imbalan bagi mereka. Kalau lagi bokek diganti dengan tepung ketela (pohong-bahasa jawa). Inilah simbiosis mutualisme versi jadoel..
Namun sayang, ketika pecah perang dunia ke 2 dan bala tentara Dai Nippon menyerbu Indonesia, situasi menjadi chaos. Suami dari Luitgarde Beyer ditangkap dan dimasukkan ke kamp internir. Beruntung sejumlah temuan pentingnya berhasil ia kirim ke koleganya, Franz Weidenreich di Jerman.Â
Beberapa temuannya itu sekarang tersimpan rapi di museum Senckenberg, Frankfurt diantaranya bagian atas tengkorak "Sangiran II" yang ia sebut Pithecanthropus erectus (anggota Homo Erectus, 1,5 juta tahun)
Pertengahan bulan Juli ini saya kembali menjejakkan kaki di pelataran Museum yang diresmikan tahun 2011 oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Muhammad Nuh. Udara panas yang menyengat memaksa saya segera memasuki gedung.Â
Setelah sebelumnya membayar restribusi sebesar 5 ribu rupiah diloket (siapkan uang pas!). Museum ini hanya buka dari hari Selasa sampai Minggu. Senin Tutup (itu paten! karena capek?). Loket buka jam 08:00 wib s/d 15:30 wib. Sedang Museumnya tutup hingga jam 16:00 wib (mohon diperhatikan biar tidak kecelek).
Lihat Trip Selengkapnya