Mohon tunggu...
Sri Romdhoni Warta Kuncoro
Sri Romdhoni Warta Kuncoro Mohon Tunggu... Buruh - Pendoa

• Manusia Indonesia. • Penyuka bubur kacang ijo dengan santan kental serta roti bakar isi coklat kacang. • Gemar bersepeda dan naik motor menjelajahi lekuk bumi guna menikmati lukisan Tuhan.

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Yuk Kembali ke Sangiran Melihat "Balung Buto"!

19 Juli 2018   14:17 Diperbarui: 20 Juli 2018   00:13 2839
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sangiran? "Balung Buto?" apa kaitannya? Kalau kalian asing dengan kata Sangiran dan "Balung Buto" bahkan gelap sama sekali,mungkin saya akan maklum jika kamu generasi yang lahir ditahun 90 an hingga sekarang.

Tapi, kalau kalian lahir di era 80 an mundur, saya akan geleng-geleng kepala. Masa' sih nggak tahu?, karena buku pelajaran Sekolah Dasar di era orde baru sudah memuat tentang situs Sangiran. Apa sebab?

"Saya hidup di pelosok, mas".

"Bangku sekolah belum menyentuh aku, bro. Aku lebih sering bantu bapak kerja sejak kecil".

"Hei! Bung yang diatas sana!" Saya? "Iya kamu!" O yeah. "Begini, You itu beruntung hidup di Jawa. Segala akses mudah. Lha, kami? Dulu seusia bung, saya harus memupuskan niat sekolah karena keterbatasan fasilitas, biaya. Jadi jangan nyinyir. Ok? Toss dulu".

Iya deh, nggak apa-apa. Setiap individu mempunyai rekam jejaknya sendiri.

Bahkan kemungkinan dipulau jawa sendiri informasi tentang Sangiran tak semua mengetahui secara detail. Dan saya salah satu yang beruntung, karena kata Sangiran sudah tertatah diotak sejak Sekolah Dasar.

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Kalau begitu saya akan mengupasnya kembali walau sekelumit. Bagi yang sudah tahu mungkin bisa dijadikan lonceng pengingat. Sedangkan bagi yang belum semoga bisa menambah wawasan pengetahuan. Istilahnya 'Bedo Guru ojo nganggu-Bedo konco ojo nggoda-Nduwe Ilmu Podo disebarke'

Sangiran adalah sebuah dukuh diwilayah desa Krikilan kabupaten Sragen Jawa Tengah, masuk kecamatan Kalijambe yang berbatasan dengan kabupaten Karanganyar.

Bagi para arkeolog, daerah seluas 7 km X 8 km merupakan ikon prasejarah dari masa Pleistosen. Bentang 56 km persegi adalah salah satu situs paling penting di dunia untuk mempelajari fosil manusia, disejajarkan bersama situs Zhoukoudian (China), Willandra Lakes (Australia), Olduvai Gorge (Tanzania) serta Sterkfontein (Afrika Selatan) dan lebih baik dalam hal penemuan daripada yang lain. Para peneliti dari seluruh dunia berbondong-bondong mengeksploitasi wilayah itu dengan beragam muatan kepentingan.

Di sinilah, dulu 1883, peneliti bernama P.E.C schemulling melakukan eksplorasi. Namun setelah itu dilupakan dalam rentang waktu yang panjang.

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Di wilayah Sangiran mata pencaharian penduduknya sebagian besar bercocok tanam sebagai petani peladang(tegalan). Otomatis aktifitas pencangkulan,penggerusan tanah, tidak terlewatkan dan menjadi bagian proses pengolahan. Akibatnya, seringkali tanpa diduga alat peladangan mereka membentur artefak berupa fosil yang oleh mereka disebut "Balung Buto" (balung = tulang, buto = raksasa). 

Awalnya penyebutan itu diberikan karena rasa ketidaktahuan atas fosil yang mereka temukan dengan ukuran besar dan bentuk yang janggal (kala itu). Berjalannya waktu dan keseringan menemukan ragam fosil (karena begitu mudahnya. 

Kadang muncul sendiri akibat gerusan air hujan) akhirnya menjadi hal biasa. Ini ternyata didengar oleh ahli antropologi berkebangsaan Jerman bernama Gustav Heinrich Ralph Von Koeningswald dan memulai penelitian dilanjut penggalian di wilayah tersebut pada 1934 dengan di bantu seorang carik desa bernama Toto Marsono (kelak menjadi Kepala desa Krikilan).

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Untuk menjejakkan kaki di Museum Sangiran, aksesnya sangat mudah. Andai kalian melancong di kota Solo dan berniat menuju ke sana bisa menggunakan taksi online(takol), ojek online(ojol), bus, atau armada L300 yang bersliweran. Jarak Solo ke Sangiran hanya 18 kilometer. Dekatkan?. Sekedar saran, lebih baik naik ojol atau takol. Pertimbangannya lebih cepat sampai dan tidak ribet. 

Seaedar gambaran, kalau naik bus atau omprengan L300 harus ke terminal Tirtonadi dan ambil jurusan  utara( Gemolong atau Purwodadi) nanti bilang sama kernetnya,"Mas, mandap Sangiran"(mas, turun Sangiran). 

Sebuah gerbang bertulisan SANGIRAN dipinggir jalan Solo-Purwodadi akan nampak menyambutmu. Dari sini masih ada 4 km yang wajib diarungi dengan menyusuri jalan turun naik. 

Lanjutkan naik ojek pangkalan sampai dititik lokasi. Bagaimana? Pingin sambung menyambung akhirnya sampai atau langsung naik armada online dari penginapan kalian? Pastinya lebih enak naik armada online kan? Atau kalian ingin sewa motor? Kalau itu pilihan terakhirmu kamu malah bisa jelajahi beberapa destinasi lain yang juga didirikan sebagai pendukung Museum Sangiran. 

Jaraknya paling jauh 11 kilometer; Museum Dayu, klaster Ngebung, Klaster Bukuran, Menara Pandang Sangiran. Nanti kalian akan menemukan petunjuk berupa plang bercat coklat .

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Museum Sangiran yang sekarang berbeda dengan yang dulu. Yang saya maksud dari segi bangunan serta tata letaknya. Saya pernah kesini 5 kali (2 kali ketika bangunannya masih model jadul dan 3 kali bangunannya sudah keren). Terakhir mengantarkan ponakan agar mereka mengenal dan tahu kalau situs ini penting dan berkelas dunia.

Bangunan yang sekarang didirikan diatas lapisan tanah berusia 1,8 juta tahun dan sudah tidak mengandung fosil.

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Sangiran itu mirip mercusuar di tepian pantai, menjadi patokan para arkeolog untuk mendapatkan "rantai yang hilang"(missing link) dalam sejarah peradaban manusia. Walaupun kenyataanya missing link itu tidak(belum?) didapatkan di Sangiran. 

Tapi bisa jadi dikemudian hari, diwilayah ini akan ditemukan fosil yang akan menggegerkan jagat arkeolog. Dunia itu serba kemungkinan. Ditunggu saja.

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
G.H.R von Koenigswald akhirnya melakukan ekskavasi dengan segera setelah mengetahui temuan-temuan penduduk Sangiran banyak diperlakukan tidak semestinya. Bagi warga ditepi sungai Cemara( anak sungai Bengawan Solo), balung buto yang mereka temukan bukan hal mewah. 

Jadi jangan heran jika balung buto dijadikan hiasan ditepi sawah, ganjal pintu, mainan anak-anak, saluran pipa air.

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Rasa keilmuwanannya serta eman mengharuskan ia tinggal dirumah si carik desa. Kubah seluas 56 kilometer persegi (sebagian diantaranya masuk wilayah kabupaten Karanganyar) ia fokuskan untuk melampiaskan rasa penasarannya. 

Dibantu penduduk sekitar, von Koenigswald menerima temuan-temuan baik berupa atap tengkorak, belalai gajah purba, tulang paha, dan lain sebagainya.

Untuk itu,  pria yang lahir di Berlin, 13 November 1902 kadang harus merogoh koceknya sebagai imbalan bagi mereka. Kalau lagi bokek diganti dengan tepung ketela (pohong-bahasa jawa). Inilah simbiosis mutualisme versi jadoel..

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Namun sayang, ketika pecah perang dunia ke 2 dan bala tentara Dai Nippon menyerbu Indonesia, situasi menjadi chaos. Suami dari Luitgarde Beyer ditangkap dan dimasukkan ke kamp internir. Beruntung sejumlah temuan pentingnya berhasil ia kirim ke koleganya, Franz Weidenreich di Jerman. 

Beberapa temuannya itu sekarang tersimpan rapi di museum Senckenberg, Frankfurt diantaranya bagian atas tengkorak "Sangiran II" yang ia sebut Pithecanthropus erectus (anggota Homo Erectus, 1,5 juta tahun)

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Pertengahan bulan Juli ini saya kembali menjejakkan kaki di pelataran Museum yang diresmikan tahun 2011 oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Muhammad Nuh. Udara panas yang menyengat memaksa saya segera memasuki gedung. 

Setelah sebelumnya membayar restribusi sebesar 5 ribu rupiah diloket (siapkan uang pas!). Museum ini hanya buka dari hari Selasa sampai Minggu. Senin Tutup (itu paten! karena capek?). Loket buka jam 08:00 wib s/d 15:30 wib. Sedang Museumnya tutup hingga jam 16:00 wib (mohon diperhatikan biar tidak kecelek).

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Dari halaman parkir motor (bayar 2000 rupiah) segera saya menuju koridor dengan posisi menanjak. Disana sudah ada petugas yang akan menyodorkan buku tamu. Isi saja namamu, alamat, jumlah rombongan, tujuan ke museum (bisa ditulis sebagai wisatawan atau peneliti atau jurnalisme warga atau apalah...), kasih parafmu biar manis.

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Usai itu langkahkan kakimu ke ruang pamer 1. Dari sinilah petualanganmu memasuki rimba belantara prasejarah dimulai. Dalam ruangan ber AC dengan dibantu penerangan yang pas banget, saya seperti diajak berkelana di masa manusia belum pakai baju/nudis. 

Hari itu saya beruntung karena pengunjung tidak terlalu ramai. Jadi bisa menikmati dan mengambil foto secara leluasa. Dulu pernah ketika mengantar ponakan bertepatan dengan libur panjang, wah...kojur, umpek-umpekan persis pasar tumpah. Dari pintu loket antrinya mengular.

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Beberapa artefak dipajang vertikal diruang kaca. Sebuah fosil gading gajah purba di balut diorama menjadi perhatian saya. Membayangkan masa itu apakah tidak jauh beda dengan film Jurrasic Park besutan Steven spielberg? Ah, hancurkan persamaan itu! Ini manusia purba rasa jawa! Bukan bule!? Imajinasimu terlalu nakal.

Berpindah ke ruang sebelah via koridor pendek, terlihat fosil kuda nil purba mengisi sekian meter diorama. Gambar-gambar pendukung tema menempati dinding dengan penjelasannya. Sebuah layar LCD menayangkan beberapa orang yang berhubungan dengan dunia arkeolog menjelaskan pentingnya disiplin ilmu tersebut.

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Selanjutnya kita menuju Ruang Pamer Dua, letaknya di dibawah. Karena kita akan dibawa menuruni anak tangga. Ruangan ini lebih luas. Beberapa artefak berukuran kecil ditempatkan dikotak kaca beserta inisial. 

Perjalanan manusia di alampada dipaparkan dengan runut lewat gambar serta tulisan. Kalian juga bisa menatap layar penjelas bagaimana tata surya terbentuk. Disitu juga dipajang pecahan benda langit (meteor purba?) yang dilindungi kotak kaca.

Beberapa kursi tersedia dibeberapa sudut. Dengan meletakkan pantat dijalinan besi, pikiran saya berkecamuk, posisi nabi Adam dalam kancah peradaban manusia dibagian mana ya? Pertanyaan ini sebenarnya puluhan kali dilontarkan banyak orang, dan mengundang perdebatan panjang.  

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Ruang Pamer Tiga (ruang pamer terakhir), begitu masuk dihadapan kita berdiri diorama tentang sebuah kondisi kehidupan prasejarah menurut versi para peneliti. Ada beberapa testimoni publik figure ditulis dimedia kanvas, diantaranya, Ganjar Pranowo, Anies Baswedan, Fauzi Soelaiman (duta besar RI).  

Sebuah layar LCD menayangkan video proses rekontruksi fosil, dalam hal ini tengkorak manusia purba oleh beberapa seniman patung palaentologis internasional dipimpin Elisabeth Daynes.

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Lepas dari ruangan, sebuah taman menghiasi dengan kehadiran beberapa gazebo sebagai pelepas lelah usai mengembara di jaman prasejarah. Pohon beringin bersemayam memberikan tubuhnya untuk disandari. 

Daunnya yang rimbun membantu menghalau hawa panas siang itu. Dikomplek museum juga dihadirkan beberapa hewan (dalam kandang besi besar) seperti burung Merak, Monyet dan sebagainya. 

Mungkin sebagai obat kecewa bagi anak kecil yang rewel karena diajak puter-puter hanya melihat benda mati. Dikira akan melihat Dinosaurus sebesar gunung Lawu seperti di Jurrasic Park.

"Tuh lihat, burung merak menari indah. Bulu pantatnya mekrok (menyibak mirip kipas)"

"Huuaaa..."(si anak tetap nangis kejer-kejer).

Beberapa monyet melirik kepadaku, sinis banget. Padahal baru saja ketemu, kenal aja nggak. Cuekin saja.

Celoteh mengisi udara siang. Ibu-ibu muda duduk selonjorkan kaki berupaya menggerus kelelahan raga.

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Dikomplek museum Fosil Sangiran beberapa lapak menempati jatah dipintu keluar. Kalau kalian ingin mengganjal perut atau mencari cindermata khas Sangiran cobalah membeli: Gantungan kunci, gelang dari fosil asli (pengakuan penjual), prototype fosil, kalung, kaos dengan gambar dan tulisan Sangiran.

Hari itu saya berjumpa dengan beberapa rombongan pelajar dari beberapa sekolah, SMP hingga SMK. Bahkan 4 bus besar milik dinas perhubungan kota Solo mengantarkan rombongan anak-anak SMP Al-Muayyad kelas VII menjadi bagian kunjungan saya di Museum Fosil Sangiran.

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Menurut saya, destinasi ini sungguh cocok bagi kita untuk merangkul anak-anak mengenalkan bahwa dulu nenek moyang dan kita sekarang adalah bagian dari sejarah peradaban ini.

Saya sungguh mengapresiasi pihak-pihak yang menghadirkan museum dengan segala pernik pendukung.

Saya mau kasih saran, mohon tamannya ditambah/diperluas lagi lagi ya.

[Selesai]

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Catatan kaki:

~ Dome Sangiran adalah harta karun yang tak ternilai harganya. Kalau kita pernah mendengar istilah emas hitam (minyak bumi), emas putih (timah) maka layak saja kalau untuk fosil disebut emas purba. Kenapa? Ternyata fosil-fosil yang ada di tanah Sangiran sekitarnya (berbau rupiah bahkan dollar) menjadi incaran penyamun lokal dan internasional. Pemburu gelap mencari celah agar dapat memburu "emas" itu.

Kasus terakhir, seorang bule Amerika diciduk aparat karena mencoba menyelundupkan ragam fosil yang kalau dinilai dipasaran internasional menyentuh angka $ 2 juta dollar! Sudah diekspos media nasional maupun lokal.

Cuma kadang saya berpikir, itu yang dijual sebagai souvenir dari fosil asli atau hanya proto saja? Kalau dari fosil asli kok dijual umum? Terpajang tanpa pengaman?

~ Beberapa sumber tulisan diambil dari wikipedia.org, koran Jawa Pos hasil liputan Taufiqurahman, majalah Tempo, sejarahpedia-id.blogspot.com. Ditulis kembali dengan gaya pribadi sesuai suara hati dibalut imajinasi, dibekingi kelincahan jemari,  ditambah seruput kopi. Makasih telah menyimak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun