Mohon tunggu...
Roman Rendusara
Roman Rendusara Mohon Tunggu... Petani - Memaknai yang Tercecer

Seorang anak kampung, lahir dan bertumbuh di Rajawawo, Ende. Pernah dididik di SMP-SMA St Yoh Berchmans, Mataloko (NTT). Belajar filsafat di Driyarkara tapi diwisuda sebagai sarjana ekonomi di Universitas Krisnadwipayana, Jakarta. Terakhir, Magister Akuntansi pada Pascasarjana Universitas Widyatama Bandung. Menulis untuk sekerdar mengumpulkan kisah yang tercecer. Blog lain: floreside.wordpress.com.

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Suntikan Dana Saja Belum Cukup untuk Koperasi

29 Juli 2020   11:40 Diperbarui: 29 Juli 2020   12:09 425
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Suntikan Dana Saja Belum Cukup

Epaper KOMPAS, Sabtu (27/7), menurunkan berita tentang upaya pemerintah mengungkit perekonomian melalui koperasi dan UMKM. Menurut KOMPAS, problem permintaan juga perlu segera diselesaikan. 

Di lain sisi, di tengah ancaman resesi akibat pandemi Covid-19, koperasi dan UMKM diharapkan menjadi penggerak perekonomian. Namun perlu skema bantuan yang lebih komprehensif dan tepat sasaran.

Pemerintah menggelontorkan bantuan likuiditas sebagai bagian dari program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) bagi koperasi dan UMKM sebesar Rp 123,46 triliun. Bantuan lain adalah program subsidi bunga kredit usaha rakyat. Pemerintah juga menempatkan dana pada bank untuk restrukturisasi kredit UMKM.

Tangkapan Layar Epaper KOMPAS, Sabtu 25 Juli 2020. Roman Rendusara
Tangkapan Layar Epaper KOMPAS, Sabtu 25 Juli 2020. Roman Rendusara
Melihat alokasi dana yang besar mengalir kepada koperasi, hemat saya, program ini jauh lebih efektif jika didukung dengan gerakan konsolidasi koperasi. 

Kekuatiran saya, program bantuan pemerintah kepada koperasi selalu gagal dalam pengembaliannya. Ada anggapan yang biasa di masyarakat; 'ah, ini 'kan uang pemerintah, 'kan uang rakyat juga'. Ini selalu muncul dalam pemungutan kembali. Bantuan dana bergulir dan agrobisnis, salah dua contohnya.

Dalam konteks koperasi, bantuan atau pinjaman likuiditas bagi koperasi dan UMKM hampir mirip dengan pola 'pening' dalam Bahasa Manggarai/Flores: memberi makan ayam, burung dan merpati (Frans Obon, 2012). 

Pola 'pening' terjadi ketika pemerintah menganggap rakyat adalah ayam/merpati yang sedang lapar sambil mengais-kais tanah. Pemerintah menaburkan jagung/padi (bantuan dana). Ayam/merpati mencotok dengan riang. Namun setelah kenyang, mereka pergi.

Pola 'pening' sangat perlu dan urgen, terutama dalam kondisi ekonomi pandemi ini. Tapi perlu tepat sasar berbasis data. Bila perlu, 'pening' dilakukan konsolidasi serius terhadap koperasi-koperasi yang sudah dalam gejala 'mau mati', baik konsolidasi organisasi, keuangan dan sistem pelayanan. Muaranya, melakukan merger bisa jadi alternatif terbaik. Sehingga penggelontoran dana yang besar tidak menjadi mubazir.

Perlukah koperasi melakukan merger?

Merger adalah proses penggabungan dua koperasi atau lebih menjadi satu koperasi saja. Merger terjadi ketika adanya konsolidasi serius dua koperasi beradaptasi dengan kebijakan dan tekanan perubahan. Proses merger mengikuti akuisisi untuk mendapatkan aset koperasi lama ke koperasi baru.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun