Pengalaman Amerika
CUTIMES pada 16 Juli 2020 merilis, Sharonview Federal Credit Union di Indian Land, AS yang memiliki aset Rp 22,4 triliun sudah sepakat untuk membeli dua cabang Bank OZK di Little Rock; yakni cabang Hilton Head Island dan Bluffton di South California.
Jika digabungkan, simpanan kedua cabang tersebut sebesar Rp 1,498 triliun (jika $ 1, Rp 14.000) dan mempunyai portofolio pinjaman yang sangat kecil. Dua cabang itu, dikelola oleh tujuh karyawan dan melayani 2.000 anggota.
Di tempat yang lain, dua Koperasi Kredit (Kopdit)/Credit Union (CU) besar dan terkemuka di South California telah mengumumkan rencana untuk bersatu dengan nama baru. Menurut laporan CUTIMES pada 14 Juli 2020, penggabungan ini untuk membantu penghematan biaya dan beradaptasi dengan perubahan.
Dua Kopdit (CU) itu adalah Anderson Federal CU (AFCU) dan Telco Federal CU (TFCU). Anderson memiliki anggota sebanyak 13.000 orang dengan total aset Rp 1,484 triliun. Sedangkan Telco Federal CU mempunyai anggota lebih dari 56.000 orang dengan total aset Rp 4,312 triliun.
Dalam kesepakatan penggabungan, proses ini diperkirakan akan selesai pada Pebruari 2021. Lokasi dan staf yang bekerja akan tetap sama. Diupayakan, anggota akan memiliki akses ke lebih banyak produk dan layanan keuangan, termasuk pinjaman bisnis. Anggota dipermudah dengan layanan digital dan jaringan ATM.
Presiden AFCU Robert Wilson meminta dukungan anggota terhadap gagasan ini. "Saya percaya usulan merger ini akan menjadi kemitraan yang dibangun di atas landasan yang kuat. Ini untuk menempatkan anggota sebagai prioritas layanan sehingga berdampak pada komunitas yang kami layani," kata Wilson.
Sementara, CEO TFCU Brian McKay memiliki pemikiran yang sama tentang merger ini. "Saya sangat bersemangat tentang merger ini," kata McKay. Lanjutnya, "Dengan budaya dan nilai yang sangat mirip, kita hanya akan lebih kuat bersama. Dewan direksi dan saya percaya kemitraan ini adalah representasi sempurna dari semangat Kopdit (CU), dan akan membawa peluang luar biasa bagi para anggota, karyawan dan Kopdit (CU) kami."
CUTIMES pun pada 17 Juli 2020, merilis penggabungan dua Kopdit (CU) yakni; Kinecta Federal CU (KFCU) dan Finacial Xceed CU (FXCU), di California. KFCU mempunyai aset sebesar Rp 67,2 triliun di Manhattan Beach, California dan FXCU memiliki aset Rp 12,628 miliar di El Segundo, California.
"Skala ekonomi yang akan kami capai dengan merger ini akan memberikan nilai luar biasa kepada semua anggota, meningkatkan produk dan layanan ke jaringan cabang yang lebih besar, fokus digitalisasi yang sangat kuat, sehingga membuka pelayanan penuh pada hari Sabtu," kata Teresa Freeborn, CEO FXCU.
Chris Skinner, seorang Writer & FinTech Commentator, mengingatkan, teknologi perangkat lunak sedang memangsa dunia. Berubah atau mati. Ini bukan revolusi, ini evolusi, kata. Tidak terkecuali koperasi apa pun jenisnya, mesti sudah beradaptasi dengan perubahan kemajuan teknologi dan digitalisasi pelayanan.
Suntikan Dana Saja Belum Cukup
Epaper KOMPAS, Sabtu (27/7), menurunkan berita tentang upaya pemerintah mengungkit perekonomian melalui koperasi dan UMKM. Menurut KOMPAS, problem permintaan juga perlu segera diselesaikan.Â
Di lain sisi, di tengah ancaman resesi akibat pandemi Covid-19, koperasi dan UMKM diharapkan menjadi penggerak perekonomian. Namun perlu skema bantuan yang lebih komprehensif dan tepat sasaran.
Pemerintah menggelontorkan bantuan likuiditas sebagai bagian dari program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) bagi koperasi dan UMKM sebesar Rp 123,46 triliun. Bantuan lain adalah program subsidi bunga kredit usaha rakyat. Pemerintah juga menempatkan dana pada bank untuk restrukturisasi kredit UMKM.
Kekuatiran saya, program bantuan pemerintah kepada koperasi selalu gagal dalam pengembaliannya. Ada anggapan yang biasa di masyarakat; 'ah, ini 'kan uang pemerintah, 'kan uang rakyat juga'. Ini selalu muncul dalam pemungutan kembali. Bantuan dana bergulir dan agrobisnis, salah dua contohnya.
Dalam konteks koperasi, bantuan atau pinjaman likuiditas bagi koperasi dan UMKM hampir mirip dengan pola 'pening' dalam Bahasa Manggarai/Flores: memberi makan ayam, burung dan merpati (Frans Obon, 2012).Â
Pola 'pening' terjadi ketika pemerintah menganggap rakyat adalah ayam/merpati yang sedang lapar sambil mengais-kais tanah. Pemerintah menaburkan jagung/padi (bantuan dana). Ayam/merpati mencotok dengan riang. Namun setelah kenyang, mereka pergi.
Pola 'pening' sangat perlu dan urgen, terutama dalam kondisi ekonomi pandemi ini. Tapi perlu tepat sasar berbasis data. Bila perlu, 'pening' dilakukan konsolidasi serius terhadap koperasi-koperasi yang sudah dalam gejala 'mau mati', baik konsolidasi organisasi, keuangan dan sistem pelayanan. Muaranya, melakukan merger bisa jadi alternatif terbaik. Sehingga penggelontoran dana yang besar tidak menjadi mubazir.
Perlukah koperasi melakukan merger?
Merger adalah proses penggabungan dua koperasi atau lebih menjadi satu koperasi saja. Merger terjadi ketika adanya konsolidasi serius dua koperasi beradaptasi dengan kebijakan dan tekanan perubahan. Proses merger mengikuti akuisisi untuk mendapatkan aset koperasi lama ke koperasi baru.
Merger merestrukturisasi koperasi, baik segi organisasi, keuangan dan pelayanan. Merger membuka kran pelayanan kepada anggota dengan performance terbaru.Â
Kemajuan terknologi dan digitalisasi pelayanan diharapkan sebagai ruang pengembangan terbaik pasca merger koperasi. Sebab, jika tidak, dana menguap entah ke mana, dan koperasi tertinggal hanya papan nama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H