Sebenarnya fenomena adanya versi berita lain bukan hal baru sebab dalam banyak catatan Perjanjian Baru kita menemukan ada banyak sekali tampil guru-guru palsu yang mewartakan berita yang berbeda dari berita Injil.Â
Tapi kali ini, tampilnya Nietzsche sungguh mengguncang. Agamanya yang semula diserang habis-habisan.Â
Dia bahkan berani mewartakan Tuhan telah mati. Berita itu dia dibarui dari cerita Yesus yang tersalib.Â
Manusia yang membunuh Tuhan itu sendiri. Horizon baru kini tercipta. Manusia memegang kendali atas dirinya sendiri.Â
Kita lalu bebas melakukan ini dan itu. Inilah kehendak untuk berkuasa, representasi dari kerinduan terdalam manusia untuk menata dirinya sendiri.Â
Sebaliknya yang masih memilih dipasung dalam berbagai ideologi, agama hanya akan terus dicap bermental hamba.Â
Maunya tunduk terus pada bayang-bayang agama dan ideologi. Bahayanya disini ialah mentalitas untuk berkuasa akan membawa manusia pada sentimen.
 Manusia saling sikut-menyikut, mempertontonkan siapa yang lebih dominan. Peta pikiran Nietzsche ini kini telah marasuki warga gereja.Â
Pelan-pelan Tuhan dibunuh dengan kepentingan dan kuasa. Tak ada ruang rekonsiliasi.Â
Nietzsche ternyata tidak sepenuhnya mengantisipasi kemungkinan terburuk dari horizon baru yang ia gaungkan.Â
Mungkinkah dalam posisi seperti ini manusia merindukan warta pertobatan Yohanes Pembaptis dan kerinduan akan sentuhan kasih dari Ilahi dalam dunia yang makin kacau? Semoga saja!