Mohon tunggu...
Rolin Taneo
Rolin Taneo Mohon Tunggu... Lainnya - Pemulung Ilmu

Tertarik pada bidang ilmu filsafat, sosiologi dan teologi (Kristen)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kesejahteraan Hidup vs Tugas Mencerdaskan Anak Bangsa

8 Agustus 2024   22:16 Diperbarui: 8 Agustus 2024   22:26 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di satu pihak kita menolak paham yang menegaskan bahwa manusia dalam dunia kerja kerap dijadikan sebagai mesin tetapi dalam praktik, paham ini kadang benar-benar terjadi.

Jika mau dibilang kerja untuk negara, baik aparatur sipil negara, baik pegawai honorer, mereka mengabdi bagi negara.

Kritik ini mungkin akan dianggap cacat karena upah seorang aparatur sipil negara itu telah aturan dan jenjang biaya sesuai pangkat.

Penulis akui hal ini tetapi tulisan ini tidak untuk melawan aturan ini melainkan lebih kepada seruan kepada pemerintah untuk secara arif memerhatikan gaji para pegawai honorer supaya hidup mereka pun sejahtera.

Kalau pernyataan sang pejabat di Ende soal guru honorer tidak punya etika dan norma karena pengakuannya, maka itu harus dijadikan bahan evaluasi untuk pembenahan pemberdayaan manusia yang bekerja. Jangan anti kritik.

Guru, Pahlawan Tanpa Tanda Jasa

Ungkapan ini merupakan ungkapan penghargaan atas karya dan dedikasi seorang guru terhadap kemajuan hidup suatu bangsa, khususnya dalam pelayanan terhadap anak-anak didik.

Mereka punya jiwa besar untuk tetap tegar mendidik anak bangsa. Didikan itu didasarkan atas visi dan mimpi besar akan generasi emas Indonesia.

Mereka tak segan tegas ketika siswa melakukan banyak pelanggaran, tetapi mereka juga penuh kasih dan kelembutan membimbing dan mengarahkan siswa untuk mengerti akan apa yang mereka kerjakan.

Justru mereka inilah yang juga punya kontribusi untuk mengajarkan norma terhadap suatu generasi. 

Jikalau mereka mengeluh, harusnya keluhan mereka itu didengar. Mereka pun harus bisa sejahtera.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun