Mohon tunggu...
Rolin Taneo
Rolin Taneo Mohon Tunggu... Lainnya - Pemulung Ilmu

Tertarik pada bidang ilmu filsafat, sosiologi dan teologi (Kristen)

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Memaknai Keadilan dan Belas Kasih Tuhan

16 Juni 2024   23:14 Diperbarui: 16 Juni 2024   23:37 411
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Pertama, Bob Utley, seorang ahli Perjanjian Baru asal Amerika Serikat menolak memberi komentarnya atas teks ini meskipun teks ini punya nilai kebenaran historis. (Bob Utley, 1996:107-108) 

Kedua, Leon Moris dalam buku tafsirnya berjudul "The Gospel According to John" menempatkan perikop ini di bagian apendiks atau catatan lampiran. (Leon Morris, 1989:882-891) 

Meski teks ini punya polemik, tetapi para ahli tetap menganggap bahwa teks ini adalah sahih atau asli. Keasliannya didasarkan pada argumentasi bahwa kehadiran Yesus itu adalah untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang. 

KedatanganNya juga bukan untuk menghukum manusia tetapi untuk menawarkan pengampunan dan penerimaan dalam kasih dan keadilanNya. (John Ottuh, 2012:101) 

Ada juga yang melihat bahwa cerita ini merupakan kisah yang punya nilai sejarahnya dan dilestarikan untuk memperlihatkan tentang sikap Yesus dalam menangani tuntutan masa. (Ottuh, 2012:101) 

2. Menggali Pesan Yohanes 8:1-11

Setelah Yesus kembali dalam rutinitasnya untuk mulai mengajar, tiba-tiba aktivitas Yesus itu diganggu oleh kehadiran Ahli Taurat dan Orang Farisi yang membawa seorang perempuan yang kedapatan berzinah (ayat 3).

Mereka mengharapkan agar Yesus harus mengambil sikap terhadap kasus yang sementara terjadi. Mereka merujuk pada hukum Musa yakni perlu dihukum sampai mati laki-laki dan perempuan yang kedapatan berzinah (lih. Imamat 20:10, Keluaran 22:22-24).

Rujukan mereka pada hukum Musa ini juga sebenarnya adalah janggal. Mereka sementara mempraktikkan ketidakadilan. Dalam hukum tersebut, laki-laki dan perempuan harus diadili, tapi laki-laki tidak turut diseret dalam dakwaan. 

Kejanggalan lain adalah bahwa sebenarnya tuntutan mereka itu tidak pada tempatnya. Konteks saat itu yakni Yesus sedang mengajar. Itu bukan dalam konteks peradilan formal. Karena itu, Yesus tidak mau terlalu mencampuri urusan itu. 

Usut punya usut ternyata dakwaan mereka itu diselubungi oleh niat lain. Mereka menyeret perempuan itu ke hadapan Yesus supaya menjebak Yesus dengan opsi yang sudah mereka susun. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun