Pendidikan dasar di Indonesia merupakan pondasi bagi jenjang pendidikan selanjutnya. Pendidikan dasar haruslah berperan dalam membentuk suatu pondasi yang kokoh berkaitan dengan watak serta kepribadian anak khususnya peserta didik. Namun, apabila pondasi dalam meletakkan dasar-dasar pendidikan yang berdampak pada pembentukan watak serta kepribadian anak tidak kuat, nantinya anak akan mudah terpengaruh dengan hal hal negatif. Dalam dunia pendidikan, kebersamaan dan sikap saling menghargai menjadi landasan bagi pertumbuhan dan pembentukan karakter anak-anak. Namun pada realita yang terjadi di luar tidak selalu demikian. Kekerasan fisik dan intimidasi seringkali menyelinap masuk ke dalam ruang-ruang pendidikan, bahkan hingga tempat-tempat terkecil sekalipun, termasuk pada jenjang Sekolah Dasar, fenomena inilah yang kerap disebut sebagai perundungan atau bullying.Â
Bullying adalah perilaku agresif yang dapat berupa kekerasan fisik, verbal, dan psikologis, biasanya dilakukan secara berulang-ulang dari seseorang atau sekelompok orang yang lebih senior, lebih kuat, lebih besar terhadap seseorang atau sekelompok orang yang lebih junior, lebih lemah, dan lebih kecil. Bullying terjadi karena adanya beberapa faktor penyebab yaitu, perbedaan ekonomi, agama, gender, tradisi dan kebiasan senior untuk menghukum juniornya yang sering terjadi. Adanya perasaan dendam atau iri hati, adanya semangat untuk menguasai korban dengan kekuatan fisik dan daya tarik seksual. Selain itu, dapat pula pelaku melakukan bullying untuk meningkatkan popularitasnya di kalangan teman sepermainannya.Â
Permasalahan bullying sering dianggap remeh dengan pihak yang bersangkutan. Bullying setiap tahunnya mempunyai bentuk kasus yang hampir sama, bentuk yang sering digunakan dalam bullying adalah kekerasan fisik, verbal, dan psikologis. Hal ini masih sering terjadi di dalam lingkungan sekolah maupun di luar sekolah. Hal-hal tersebut bisa kita lihat melalui berita-berita yang tersebar dalam media sosial bahwa bullying masih marak  dilakukan oleh para siswa di tingkat SD hingga SMA. Berdasarkan berita yang dilansir dari KOMPAS.com -- Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) mencatat kasus perundungan (bullying) di satuan pendidikan sejak Januari sampai September 2023 mencatat 23 kasus perundungan di satuan pendidikan. Dari 23 kasus tersebut, 50 persen terjadi di jenjang SMP, 23 persen terjadi di jenjang SD, 13,5 persen di jenjang SMA, dan 13,5 persen di jenjang SMK.Â
Berdasarkan paparan di atas, ancaman terhadap korban bullying inilah yang harus menjadi salah satu fokus kekhawatiran para pendidik dalam instansi pendidikan baik formal maupun non-formal, yang setiap hari akan berhadapan dengan berbagai macam sifat atau karakter peserta didik yang sangat beragam agar tidak terjadi perundungan. Perlu dipahami bahwa perundungan/bullying menyebabkan berbagai pengaruh negatif bagi peserta didik, pengaruh jangka pendek yang ditimbulkan akibat perilaku bullying adalah korban menjadi depresi karena mengalami penindasan, menurunnya minat untuk mengerjakan tugas-tugas sekolah yang diberikan oleh guru dan menurunnya minat untuk mengikuti kegiatan sekolah. Sedangkan akibat yang ditimbulkan bagi korban dalam jangka panjang dari penindasan ini seperti mengalami kesulitan dalam menjalin hubungan baik dengan teman sebaya dan selalu memiliki kecemasan terhadap perlakuan yang tidak menyenangkan dari teman-temannya.Â
Melihat begitu banyaknya kasus mengenai perilaku bullying, melalui penugasan proyek pengabdian masyarakat sebagai bagian dari tugas akhir mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan, kami berusaha memberikan kontribusi kami melalui sosialisasi "Pencegahan Perilaku Bullying". Pelaksanaan kegiatan ini berlokasi di SDN 3 Pulungdowo Desa Pulungdowo Kecamatan Tumpang Kabupaten Malang. Dengan objek sasaran peserta didik kelas 5 dan 6 sebagai senior di tingkat Sekolah Dasar. Kegiatan ini dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 28 November 2023 pukul 09.30-10.30 WIB. Tujuan secara khusus yang diharapkan dari pelaksanaan kegiatan ini adalah para peserta didik kelas 5 dan 6 di SDN 3 Pulungdowo dapat memahami dan mempraktikkan perilaku anti bullying, dan dapat mencegah perilaku bullying kepada sesama teman ataupun terhadap para adik kelasnya di lingkup SDN 3 Pulungdowo dan secara umum dapat mengurangi banyaknya kasus bullying yang terjadi dalam dunia pendidikan.
Pelaksanaan kegiatan ini menggunakan metode penyuluhan atau sosialisasi. Hal ini didasari pelaksanaan kegiatan ini hanya berfokus pada satu permasalahan saja yaitu mengenai bullying dan berbagai cara untuk mengatasi permasalahan ini. Sejalan dengan pendapat (Indramaya, 2023) kegiatan sosialisasi akan lebih fokus membahas berbagai masalah tertentu dan cara mengatasi permasalahan yang sedang terjadi.Â
Pengertian Bullying
Istilah bullying sendiri berasal dari bahasa Inggris, yaitu "bull" yang berarti banteng. Secara etimologis kata "bully" berarti gertakan, seseorang yang mengganggu yang lemah. Â Penindasan dalam bahasa Indonesia disebut "menyakat" yang berarti mengusik, mengganggu, dan menghalangi orang lain. Menurut KBBI adalah penindasan perundungan, perisakan, atau pengintimidasian dengan menggunakan kekerasan, ancaman, atau paksaan untuk menyalahgunakan atau mengintimidasi orang lain. Sedangkan menurut Sari (2017) Bullying merupakan perilaku agresif dengan cara menyakiti secara fisik maupun mental yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok terhadap orang-orang atau kelompok lain.
Pendapat lain sebagaimana disampaikan oleh Olweus (1997) bahwa bullying merupakan perilaku negatif yang mengakibatkan seseorang menjadi tidak nyaman/terluka dan biasanya terjadi berulang-ulang yang ditandai dengan adanya ketidakseimbangan kekuasaan antara pelaku dan korban. Pengertian bullying lain sebagaimana pendapat menurut SEJIWA (2008) adalah situasi di mana penyalahgunaan kekuatan fisik atau mental dilakukan oleh seseorang atau kelompok dan dalam situasi ini korban tidak dapat membela atau membela diri. Dari sekian banyaknya pengertian bullying yang disampaikan oleh para ahli, dapat dipahami bahwa pengertian paling mendasar mengenai bullying adalah perilaku agresif dan merugikan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang terhadap orang lain. Ini dapat terjadi secara fisik, verbal, atau melalui media sosial, dan tujuannya adalah untuk menakut-nakuti, menyakiti, atau merendahkan korban.Â
Bentuk-Bentuk Bullying
Bullying fisik
Bullying fisik merupakan tindakan bullying yang dilakukan dengan kontak fisik, mudah diketahui, misalnya seperti menjambak, mencubit, memukul, mencolek, meludahi, menarik leher, kerah baju, mendorong, dan tindakan lainnya yang tidak menyenangkan karena adanya kontak fisik. Hal tersebut sejalan dengan pendapat SEJIWA (2008) bahwa bullying fisik merupakan jenis bullying yang bisa dilihat secara kasat mata. Siapapun bisa melihatnya karena terjadi sentuhan fisik antara pelaku bullying dengan korbannya. Selain melukai tubuh seseorang, perusakan barang berharga juga termasuk jenis bullying fisik yang dilakukan secara tidak langsung. Sebagai contoh misalnya merusak mainan atau perlengkapan belajar dan mencoret-coret atau mengotori pakaian peserta didik lain.Â
Bullying verbal
Menurut Colorosa (2007) bullying verbal merupakan bentuk bullying yang paling umum digunakan baik oleh anak laki-laki maupun oleh anak perempuan. Bullying verbal adalah bentuk bullying yang dilakukan secara verbal yang dilakukan melalui ucapan atau kata- kata, misalnya seperti mengejek, menertawakan, memanggil dengan sinis, memanggil dengan julukan yang jelek mencemooh, menghina, menyebarkan isu, dan bentuk perilaku verbal lain yang mengganggu. Bagi sebagian orang, bullying verbal dinilai lebih berbahaya daripada bullying fisik, karena tipe bullying ini dapat menghancurkan harga diri dan citra baik diri korban. Kata-kata menyakitkan yang ditujukan untuk korban bisa membekas di hati dalam waktu yang lama dan mempengaruhi kesehatan jiwanya.Â
Bullying mental
Menurut Slahaya (2021) bullying mental atau psikologis merupakan jenis bullying paling berbahaya karena bullying bentuk ini langsung menyerang mental atau psikologis korban. Bullying mental adalah tindakan bullying yang bertujuan untuk menyakiti, merendahkan, atau mengintimidasi seseorang melalui tindakan yang merugikan secara mental. Tindakan ini dapat berupa penghinaan, ejekan, mengisolasi, mengancam, atau membuat seseorang merasa tak berdaya. Tindakan bullying yang menyebabkan tekanan pada aspek kejiwaan atau perasaan anak, mendiamkan, mempermalukan, mencibir, mengintimidasi, menakut-nakuti, melecehkan, meremehkan, sentimen (sinis), memancing permusuhan, menjauhi dan tindakan lainnya.
Cyberbullying
Menurut Winda (2022) Cyberbullying adalah perlakuan kasar atau sikap mengintimidasi yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok melalui perangkat elektronik pada seorang target secara terus-menerus. Secara umum dapat dipahami Cyberbullying merupakan tindakan bullying dengan menggunakan teknologi digital. Hal ini dapat terjadi di media sosial, platform chatting, platform bermain game, dan ponsel. Hal ini mencakup tindakan seperti pelecehan, ancaman, penyebaran gosip atau informasi pribadi yang merugikan, dan penghinaan secara online. Cyberbullying dapat memiliki dampak serius pada kesejahteraan mental korban, bahkan dapat meningkatkan risiko depresi dan pikiran untuk bunuh diri. Untuk menghentikan cyberbullying langkah-langkah seperti memblokir akun pelaku, keluar dari grup atau platform tempat terjadinya perundungan, dan melaporkan akun pelaku ke platform atau otoritas yang berwenang dapat diambil. Â
Sebab Munculnya Perilaku Bullying
Pernah melihat orang lain melakukan kekerasan
Penyebab bullying biasanya dimulai dari lingkungan sekitar tempat tinggal. Karena itu penting untuk menciptakan suasana rumah yang hangat dan harmonis, hal ini dikarenakan keluarga adalah tempat pertama untuk belajar bersosialisasi dan hidup bersama orang lain. Adanya hubungan atau interaksi yang tidak baik dalam keluarga akan menjadi penyebab seseorang memperlakukan orang lain dengan cara yang sama. Tidak hanya keluarga, lingkungan tempat tinggal yang tidak aman juga dapat menyebabkan seseorang menjadi pelaku bullying.
Kesalahan pola asuh keluarga yang terlalu keras
Kebiasaan menggunakan hukuman fisik sebagai cara mendidik anak yang berbuat salah bisa menjadi penyebab bullying. Pola asuh yang banyak melibatkan kekerasan fisik bisa membentuk karakter seseorang untuk menjadi lebih agresif dan kasar terhadap orang lain, akibatnya perbuatan untuk menindas orang lain pun tidak akan segan dilakukan. Tak hanya itu, hukuman yang diberikan biasanya akan membuat seseorang memendam emosi negatif, sehingga hal ini bisa membuat anak ingin melampiaskannya ke orang lain juga.
Pernah menjadi menjadi korban bullying
Orang yang pernah mendapatkan perilaku bullying misalnya diejek atau dipukul bisa menjadi pelaku perundungan juga terhadap orang lain. Ini merupakan salah satu bentuk pelapisan akibat perilaku bullying yang ia terima. Untuk mencegah hal ini terjadi, penting bagi orang terdekat untuk mengenali perubahan perilaku seseorang dan memberitahunya agar ia bisa menghadapi sikap ini dengan bijak.
Kurang mendapatkan perhatian dari keluarga dan orang di sekitarnya
Kurangnya perhatian dan kasih sayang bisa menjadi penyebab bullying. Misalnya, anak-anak akan mencari perhatian dengan cara tidak mengerjakan PR dan lain sebagainya. Jika perilaku negatifnya tidak berhasil mendapatkan perhatian, ia akan melakukan perbuatan lain yang lebih ekstrim, misalnya dengan melakukan bullying pada temannya, agar bisa mendapatkan perhatian yang diinginkan.
Ingin memiliki kekuasaan dan memegang kendali
Orang yang ingin memiliki kekuasaan biasanya cenderung ingin mengontrol dan mengendalikan segala hal. Beberapa orang juga akan memilih untuk berinteraksi dengan orang lain yang menurutnya bisa untuk dikontrol dan memenuhi keinginannya. Namun, ketika hal-hal tidak berjalan dengan yang diinginkan, ia mungkin akan melakukan intimidasi dalam bentuk bullying. Biasanya hal ini terjadi pada orang yang memiliki pola asuh yang salah atau gangguan kepribadian.
Kurangnya edukasi dan empati
Pendidikan dan pola asuh yang baik merupakan salah satu faktor penting agar seseorang bisa memiliki karakter yang baik. Salah satu ciri karakter yang baik adalah memiliki akhlak dan empati. Hal ini menyoroti pentingnya memasukkan pendidikan empati ke dalam inisiatif pembelajaran untuk menciptakan lingkungan yang lebih mendukung dan penuh pengertian bagi semua individu yang terlibat.
Dampak Perilaku Bullying
Terganggu fisiknyaÂ
Bullying fisik dapat memiliki dampak yang serius bagi korban. Dampaknya bisa berupa cedera fisik seperti memar, luka, atau patah tulang. Selain itu, korban juga dapat mengalami masalah kesehatan mental seperti kecemasan, depresi dan rendahnya harga diri. Bullying fisik juga dapat menyebabkan ketakutan, trauma, serta kesulitan belajar dan berinteraksi sosial bagi korban.
Tertekan kejiwaannyaÂ
Bullying dapat memiliki dampak yang serius pada kesehatan mental seseorang. Hal ini bisa memicu perasaan takut, cemas, dan rasa tidak nyaman yang menyebabkan ketidakpastian serta kegelisahan yang berkepanjangan. Seringkali, korban bullying merasa terancam, terganggu secara emosional, dan merasa tertekan. Hal ini dapat mempengaruhi kesejahteraan psikologis mereka dalam jangka panjang, seperti menurunkan harga diri, merasa terisolasi, dan mungkin mengalami gangguan mental yang lebih serius jika tidak ditangani dengan tepat.
Terganggu pergaulan sosialÂ
Dampak dari bullying sangat mengganggu dalam kehidupan sosial seseorang. Individu yang menjadi korban bullying seringkali mengalami perasaan minder, merasa tidak percaya diri, dan cenderung menyendiri karena takut atau malu untuk berinteraksi dengan orang lain. Mereka juga bisa merasa grogi dan cemas ketika berada di lingkungan sosial serta cenderung menjadi pendiam dan tertutup karena mengalami trauma atau kekhawatiran akan pengalaman buruk yang mereka alami. Semua ini dapat menghambat kemampuan seseorang dalam membangun hubungan yang sehat dan memengaruhi kualitas hidup secara keseluruhan.
Terganggu prestasi belajarnyaÂ
Bullying bisa memiliki dampak yang signifikan pada prestasi belajar seseorang. Ketika seseorang menjadi korban bullying, bisa sulit baginya untuk berkonsentrasi saat belajar karena terganggu secara emosional dan psikologis. Hal ini dapat mengakibatkan penurunan kualitas belajar karena pikirannya tidak fokus pada materi pembelajaran. Selain itu, korban bullying mungkin merasa stress, cemas, atau depresi, yang semuanya dapat mempengaruhi kemampuannya dalam memahami dan mengingat informasi. Dalam jangka panjang, kondisi ini dapat menyebabkan penurunan hasil belajar karena kurangnya konsentrasi, kehilangan minat dalam pelajaran, dan gangguan psikologis yang mempengaruhi performa akademis.
Tindakan Mencegah Perilaku Bullying
Hindari membawa atau memakai barang-barang mahal atau uang yang berlebihan
Tindakan untuk mencegah perilaku bullying dengan menghindari membawa atau memakai barang-barang mahal atau uang yang berlebihan adalah salah satu cara untuk mengurangi potensi menjadi target intimidasi. Hal ini karena membawa barang-barang mahal atau uang berlebihan dapat menarik perhatian orang lain dan meningkatkan risiko menjadi sasaran tindakan bullying. Dengan mengurangi penampilan terhadap barang-barang yang bisa dianggap berharga, seseorang dapat mengurangi kemungkinan menjadi sasaran perundungan atau intimidasi. Namun, penting juga untuk diingat bahwa pencegahan bullying melibatkan berbagai strategi lainnya, seperti membangun hubungan yang baik, meningkatkan kesadaran, dan mendukung lingkungan yang inklusif dan ramah bagi semua orang.
Jangan sendirian terutama di tempat sepi
Untuk mencegah perilaku bullying, penting untuk tidak berada sendirian terutama di tempat sepi. Hal ini karena kehadiran teman atau pengawasan yang lebih baik dapat mengurangi risiko menjadi korban bullying. Dalam situasi kelompok atau dengan pengawasan, pelaku bullying cenderung merasa terbatas dalam perilakunya karena adanya kesaksian dari orang lain. Jika seseorang merasa terancam, lebih baik mencari bantuan atau menyertakan diri dalam lingkungan yang aman dan mendukung.
Jangan berada di dekat dengan orang yang suka melakukan bullying atau berada di sekitar mereka
Tindakan untuk mencegah perilaku bullying dengan menjauhi atau tidak berada di dekat orang yang sering melakukan bullying adalah suatu strategi yang bisa membantu untuk melindungi diri sendiri dari potensi kekerasan verbal atau fisik yang mungkin terjadi. Hal ini dapat mengurangi kemungkinan terlibat dalam situasi yang memicu perilaku bullying. Meskipun strategi ini bisa efektif dalam menghindari konfrontasi langsung, penting juga untuk melaporkan perilaku bullying kepada orang yang berwenang agar tindakan yang sesuai dapat diambil.
Jangan ikut-ikutan melakukan tindakan bullying dalam bentuk apapun
Untuk tidak meniru atau mengikuti tindakan menyakiti atau merendahkan orang lain baik secara verbal, fisik, atau secara online. Pesan tersebut menekankan pentingnya untuk menghindari perilaku yang dapat menyebabkan penderitaan atau kerugian pada orang lain.
Tindakan Melawan Perilaku Bullying
Jadilah orang yang percaya diriÂ
Percaya diri adalah kunci utama dalam membangun tingkah laku kita untuk tidak mengganggu orang lain dan diganggu orang lain. Sisi baik dari percaya diri adalah meningkatkan kualitas dari apa yang kita miliki dari diri kita. Dari percaya diri orang sekitar akan enggan untuk mengganggu kita begitu juga sebaliknya ketika kita tidak punya urusan dengan orang lain, kita tidak akan mengganggu mereka.
Bersikap tenang saat ada yang mengganggu
Pada situasi tertentu kita pasti mendapat gangguan dari orang sekitar maupun orang yang tidak dikenal dengan maksud iseng maupun sengaja. Saat mengalami hal tersebut pikiran dan jiwa kita harus dapat menyatu agar bisa tenang dan tidak gegabah dalam mengambil keputusan untuk melawan atau memilih untuk diam. Dengan kita bersikap tenang, kita bisa cepat dalam mengambil keputusan.
Jika melihat ada teman yang menjadi korban, maka tolonglah korban dan laporkan
Ada kalanya kita menjumpai teman yang sedang di bully oleh teman kita yang lain ataupun orang lain. Di saat itulah kita tidak boleh diam saja dengan acuh tak acuh, sebagai orang yang mengetahui tindakan bullying harus mengambil keputusan. Keputusan itu dapat berupa pembelaan sebagai penengah dan jika tidak diatasi secara langsung dapat dilaporkan oleh pihak sekolah maupun orang yang lebih dewasa.
Lakukan perlawananÂ
Ketika kalian berjalan di jalan maupun kalian ditempat yang kurang aman dan sepi, jangan pernah lupa untuk selalu waspada karena bullying bisa terjadi kapan saja dan di mana saja. Untuk meminta pertolongan yang pertama kalian harus berteriak sekencang-kencangnya karena situasi yang tidak memungkinkan kalian untuk melawan. Selalu ingat tempat, orang, serta apapun itu yang kalian ketahui untuk menjadi bukti bahwa bullying benar-benar terjadi.
Banyaknya kasus bullying yang terjadi dalam dunia pendidikan merupakan alasan utama kami melaksanakan kegiatan sosialisasi "Pencegahan Perilaku Bullying" sebagai bentuk proyek pengabdian masyarakat yang kami pilih. Pelaksanaan kegiatan ini berlokasi di SDN 3 Pulungdowo Desa Pulungdowo Kecamatan Tumpang Kabupaten Malang. Dengan objek sasaran peserta didik kelas 5 dan 6 sebagai senior di tingkat Sekolah Dasar. Pembahasan yang kami sampaikan dalam kegiatan sosialisasi ini mencangkup pengertian bullying, bentuk-bentuk perilaku bullying, sebab munculnya perilaku bullying, dampak perilaku bullying, upaya mencegah perilaku bullying, serta upaya melawan perilaku bullying. Tujuan secara khusus yang diharapkan dari pelaksanaan kegiatan ini adalah para peserta didik kelas 5 dan 6 di SDN 3 Pulungdowo dapat memahami dan mempraktikkan perilaku anti bullying, dan dapat mencegah perilaku bullying kepada sesama teman ataupun terhadap para adik kelasnya di lingkup SDN 3 Pulungdowo dan secara umum dapat mengurangi banyaknya kasus bullying yang terjadi dalam dunia pendidikan. Secara garis besar pelaksanaan sosialisasi ini berjalan sesuai rencana, dan para peserta sosialisasi juga menunjukkan besarnya antusias mereka dalam mengikuti kegiatan sosialisasi "Pencegahan Perilaku Bullying" ini.
DAFTAR PUSTAKAÂ
Colorosa, B. (2007). Stop Bullying (Memutus Rantai Kekerasan Anak dari Prasekolah Hingga SMU). Jakarta: Ikrar Mandiri Abadi.
Indramaya. (2023). Sosialisasi Bullying dan Cara Mengatasi Bullying di Sekolah. Pattimura Mengabdi: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 1(3), 115--118.Â
Olweus, D. (1997). Bully / Victim Problems in School: Facts and Intervention. European Journal of Psychology of Education, XII (4), 495-510.Â
Putra, R.P. (2019). Â Pengaruh Bullying Terhadap Hubungan Antar Manusia.
Sari, E. P. (2017). Faktor Yang Mempengaruhi Bullying Pada Anak Usia Sekolah di Sekolah Dasar Kecamatan Syiah Kuala Banda Aceh. Idea Nursing Journal, 8(3), 1--10.
(SEJIWA) Yayasan Semai Jiwa Amini (2008). Bullying Mengatasi Kekerasan di Sekolah dan  Lingkungan Sekitar Anak, Jakarta: PT Grasindo.Â
Siahaya, S. K. V. (2021). Penegakan Hukum Terhadap Pelaku Penindasan atau Bullying Disekolah. Lex Crimen, 10(3).
WINDA R. PENGARUH SELF-COMPASSION DAN SELF-ESTEEM TERHADAP PERILAKU CYBERBULLYING PADA MAHASISWA TEKNOLOGI INFORMASI DI LINGKUNGAN IKIP PGRI PONTIANAK (Doctoral dissertation, IKIP PGRI PONTIANAK).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H