Saat itu, saya ga pantang untuk bawa kulkas dua pintu, tv 40+ inch, AC, guci, lilin raksasa, pot tanah liat, oven, sayur serta daging, dan sebagainya yang mungkin melebihi ketentuan ojol.
Berat? Pasti.
Ukurannya besar? Tentu.
Bisa dipahami mengingat ketika itu, pilihannya hanya dua:
1. Pulang bawa uang meski orderan antar barangnya besar-besar.
Atau:
2. Idealis, menolak orderan tersebut tapi pulang ke rumah dengan tangan hampa.
Maklum, pada pandemi lalu, perputaran ekonomi melemah akibat serangan virus yang merenggut banyak korban jiwa. Ditambah dengan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).
Semua pun kena imbas. Termasuk, ojol yang masuk dalam sektor jasa informal.
Terlebih, pada tiga bulan awal pandemi, ojol dilarang bawa penumpang. Pada saat yang sama, mayoritas resto dan mal tutup.
Bahkan, beberapa harus gulung tikar akibat tidak ada pemasukan. Kecuali yang modal besar atau pinggir jalan dan rumahan.