Terdengar dari seberang telepon suara wanita. Sepertinya masih muda.
Mungkin sekitar 20-an tahun atau 30 tipis-tipis. Awalnya, saya kira pria, secara namanya identik dengan kaum Adam.
Kendati, banyak juga wanita yang punya nama tersebut. Contoh, ini contoh saja: Rian.
Bisa pria, seperti Rian Hidayat atau Rian Ardianto. Atau wanita, kependekan dari Ariani.
"Pak, udah beli buat buka puasa?"
"Belum, kenapa ka?"
"Nanti, bapak ambil makananya terserah. Sekalian, buat keluarga di rumah. Sisanya, bapak bisa berikan kepada yang membutuhkan. Siapa aja ya, pak. Bebas."
Saya agak kaget pas customer tanya apakah sudah beli takjil buat buka puasa. Jawaban saya belum, karena saat itu masih sore.
Biasanya, saya beli mendekat Maghrib di pedagang yang sepi. Kecuali, jika keluar ngojol dari awal, sudah dibekali Ibu dengan gorengan dan kolak yang santannya dipisah agar tak basi.
"Nanti, makanannya ga usah diantar ke saya ya pak. Titik alamat hanya patokan aja," customer itu melanjutkan. "Kalau berkenan, saya minta tolong agar bapak bisa langsung bagiin kepada yang mau buka puasa. Mumpung masih sore. Oh ya, ga usah difoto buat bukti. Terima kasih, sebelumnya."
"Ini maksudnya, bagiin di jalan ka? Atau ke panti?"