Setelah buka puasa, saya langsung tancap gas menyalakan aplikasi ojol. Hari kedua Ramadan 1445 H, Rabu (13/3) saya absen Tarawih.
Buka pun di pinggir jalan disela-sela mengantar orderan. Beda dengan hari pertama, saya sahur dan buka di rumah bersama keluarga yang dilanjutkan Tarawih.
Setiap buka, menu saya identik. Air putih, kolak, dan gorengan.
Saya tidak bisa langsung makan berat seperti nasi, karena bikin ngantuk. Biasanya, baru santap usai Tarawih atau pukul 21.00 WIB.
Nah, saat itu, saya buka di Rawabelong, Jakarta Barat. Cukup air mineral, kolak pisang, dan bala-bala yang dibuat Ibu di rumah.
Usai nganter orderan, saya duduk sejenak di emperan toko. Lanjut ngemil bala-bala dengan dicocol cengek.
Ketika itu, jalanan lumayan macet. Dari  belakang, terdengan jemaah yang sedang menunaikan Salat Tarawih.
Pada saat yang sama, arah Jam 9 dari posisi saya duduk, terdapat seorang pedagang. Saya amati sedang termenung duduk depan meja kayu panjang.
Tampak, dagangannya masih banyak. Terlihat bungkus lontong, kolak, dan kerupuk mie.
Saya pun spontan melirik jam di tangan kanan. Menunjukkan pukul 20.39 WIB.
Alias, sudah lewat dua jam lebih sejak buka puasa. Namun, dagangan tersebut masih cukup banyak.