SELALU ada harga yang harus dibayar. Ya, sebagai anggota KPPS membuat saya wajib istirahat untuk menulis di blog terkait politik.
Bisa dipahami mengingat saya merupakan penggemar Prabowo Subianto. Namun, sejak resmi dilantik 25 Januari lalu, saya tidak lagi menulisnya.
Terakhir, 8 Januari yang berlangsung sehari setelah Debat Capres Kedua. Sejak itu, saya hanya menulis soal makanan tiga kali dan sepak bola (sekali).
Gatal sih tangan, ingin menulis lagi mengingat draft sudah banyak. Beberapa artikel yang akhirnya terbengkalai yaitu, berjudul Dinasti Prabowi, Pemilu 2024 Tidak Hanya Pilpres, Kembalinya si Sesat Timur, Adu Kuat PDIP dengan PSI, dan sebagainya.
Sebagai bloger yang hobi nulis apa saja sejak 2009 silam, situasi ini jadi dilema. Namun, saya harus istirahat sejenak memposting artikel terkait Pemilu 2024.
Pasalnya, sebagai anggota KPPS, jelas saya harus menjaga etika. Misalnya, saya yang jadi penggemar 02, tidak boleh memperlihatkan kepada publik.
Cukup dalam hati saja. Sebab, jika nekat, bisa mencoreng nama baik KPPS dan KPU.
Bagaimana dilemanya saat pencoblosan? Ga ada urusan.
Saya tidak terpengaruh saat mendengar 02 menang. Biasa saja.
Sebab, saya hanya menggemari. Bukan pendukung, simpatisan, relawan, dan sejenisnya.