Yoi... Meski terpaut selembar merah.
Anggota dapat Rp XXX. Sementara, saya sebagai ketua terima Rp ZZZ.
Hanya, ketua ini bukan soal duit. Kompleksnya situasi dan kondisi dalam mengemban tanggung jawab jadi tantangan tersendiri.
Seperti yang saya singgung pada awal paragraf. Menyatukan sembilan kepala bukan tugas mudah.
Apalagi, ini terkait pemilu. Jelas, pesta demokrasi ini tidak boleh main-main.
Sebagai manusia, kita tentu punya ego. Termasuk, saya sebelum menentukan rencana terkait penyelenggaraan pemilu di TPS 06 sejak Januari lalu.
Adakalanya, dalam eksekusi, saya ingin A. Pada saat yang sama, anggota Y ingin B, si X ingin C, dan lainnya.
Di sisi lain, sebagai ketua, tentu saya punya hak veto. Wkwkwkwk udah kayak di PBB aja!
Namun memang benar, sebagai ketua, memiliki diskresi dalam penentuan sesuatu di TPS masing-masing. Hanya, kembali lagi demi kelancaran bersama wajib dibicarakan ke semua anggota.
Nah, sebagai negara demokrasi, tentu saya harus menekankan musyawarah mufakat. Alias, berembuk ke seluruh anggota.
Apa pun itu soalnya. Baik terkait teknis, misalnya untuk penentuan rapat, atau anggaran seperti pemasangan tenda, konsumsi, dan sebagainya.