Waktunya, sepulang sekolah saat berseragam putih merah dan biru. Kalo abu-abu, udah beda zaman.
He... He... He...
Untuk petasan, biasa beli langsung grosiran di Pasar Pagi atau Pasar Tanah Abang. Tak jarang, harus naik kereta ke Parung Panjang, Bogor, yang terkenal dengan gudangnya.
Pertengahan dekade 1990-an hingga awal milenium, memang larangan petasan tidak terlalu ketat. Alhasil, semacam Petasan Korek, Jangwe, Mercon, Batu, Kembang Api, dan sebagainya, sangat laris.
Mungkin, itu yang membedakan suasana dulu dengan sekarang sambil sedikit komparasi dan nostalgila. Setelah imsak, kami larut bermain di lapangan sekalian menunggu pagi.
Entah main bola, kelereng, layangan, petasan, dan sebagainya. Menjelang buka, giliran main dampu, congklak, monopoli, ludo, ular tangga, dan lain-lain.
Momen seperti itu yang tidak saya lihat pada anak-anak sejak dekade 2010-an. Itu terkait perkembangan teknologi yang membuat bocil larut dengan ponselnya masing-masing.
Hanya, ya beda era. Tentu, situasi juga tidak sama.
Namun, untuk menu berbuka puasa, sudah pasti kolak masuk daftar wajib. Bersama kurma dan gorengan.
* Â Â Â * Â Â Â *
- Jakarta, 6 Februari 2024