Minggu ini adalah hari terakhir Soni bekerja. Ia memutuskan resign karena perusahaan raksasa itu dianggap tidak lagi komitmen memenuhi hak-haknya. Teman-temannya lebih dahulu resign atas perihal yang sama. Soni bersabar karena keadaan tertentu.
Kendati tiga hari lagi ia sudah tidak lagi bekerja di perusahaan itu, Soni tetap berlaku professional. Menjalankan jobdesk sebagaimana biasanya. Tanpa ada kurang atau dikurang-kurangi.
"Kamu udah yakin mau cabut?" tanya seorang pimpinan bagian lain kepada Soni.
"Yakin, kecuali komitmen hak saya dipertimbangkan olehnya (atasan)," jawab Soni.
Keputusan bulat Soni ini sudah dipikirkan matang-matang. Soni yakin, ke depan tidak akan ada penyesalan.
Atasan Soni sebetulnya menahan supaya tidak resign dari perusahaan. Atasannya bilang, "Kalau soal lain, mungkin gua bisa bantu. Tapi kalau soal yang lu ajukan, gua enggak bisa," kata Rio, nama atasan Soni.
Soni dekat dengan Rio secara emosional. Tak jarang keduanya kerap keluar bersama untuk makan siang. Tidak ada batasan antara atasannya.
Kedekatannya itu sudah hampir lima tahun lamanya. Persisnya, sejak Soni diterima kerja di perusahaan yang bergerak di bidang komunikasi itu. Rio yang menerimanya bekerja di perusahaan itu.
Alasan Rio saat itu menerima Soni adalah karena ia orang yang cukup memiliki pengalaman di bidang marketing. Dibanding yang lain, Soni malah disebut memilki pemahaman di atas rata-rata, baik itu teori maupun praktik.
Soni kadang tersanjung atas pujian itu.
*