Mohon tunggu...
Robigustas
Robigustas Mohon Tunggu... Penulis - Penulis riang

Suka pizza. *Setiap nama yang ada di cerpen, bukanlah nama sebenarnya

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sendiri

6 Juli 2023   11:09 Diperbarui: 6 Juli 2023   11:13 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Ilham, tiba di Bali pada malam hari. Tepatnya di terminal Denpasar. Tak lama usai azan isya berkumandang,

Di sana telah ada dua kakaknya yang menunggu---menjemput Ilham. Ilham sendiri ke Bali. Dan kali pertama ia ke Bali.

Ilham diminta kakaknya ke sana. Membantu mereka, salah satunya, yang memiliki toko kesenian. Kebetulan, Ilham baru saja lulus sekolah (SMA). Baru sebulan.

"Ayo. Langsung kita jalan," ajak kakak pertamanya, Bilah.

Ketiganya menuju rumah Bilah yang berada di daerah Seminyak. Pantai Kuta tidak jauh dari rumah Bilah. Ilham tinggal sementara di Bilah.

Anhar, kakaknya yang satu lagi, tidak lama langsung kembali ke rumahnya, yang kebetulan tidak jauh dari rumah Bilah.

Bilah adalah kakak pertama Ilham. Anhar, kakak keduanya. Dia anak ketiga dari empat bersaudara. Paling kecil, adiknya, masih sekolah, di Jakarta. Tinggal bersama ibunya.

"Kamu bersih-bersih dulu aja. Mandi. Abis itu makan," kata Bilah.

Bilah tinggal bersama isteri dan satu anaknya. Mengontrak. Anak Bilah perempuan. Masih balita. Usianya masih 4 tahun.

Bilah telah lama tinggal di Bali. Sebelum menikah. Isterinya orang sini (Bali). Berasal dari Negara.

Usai membersihkan diri dan makan, Ilham pamit untuk istirahat. Merasa lelah selama di perjalanan. Bilah tahu itu. Ingat waktu ia pertama kali ke Bali. Seorang diri.

"Kamu, kalau besok pagi mau ikut ke toko, ikut aja. Atau mau istirahat?" Bilah menawarkan Ilham, yang dijawabnya akan ikut.

Pagi hari, usai mandi dan sarapan, Ilham ikut Bilah ke toko. Tokonya kebetulan tidak jauh dari tempat tinggalnya. Masih di daerah Seminyak.

Dalam perjalanan, Bilah menanyakan seputar bagaimana keadaan ibu dan adiknya, Rahma. Ilham menjawabnya semua dalam keadaan baik. Bilah menanyakan kondisi itu bukan tidak pernah atau jarang pulang ke Jakarta. Hanya basa-basi.

Kemudian ia menanyakan rencana Ilham ke depan, karena ia baru saja lulus sekolah. Ilham menjawab bahwa ia ingin kuliah. Tapi tidak sekarang. Mengingat kondisi keuangan ibunya yang dirasa tidak memadai.

"Terus, kamu udah coba cari-cari kerja?" timpal Bilah.

Ilham menjawab belum. Nanti saja, katanya.

Sampai di toko, Ilham bantu-bantu menyapu dan mengepel lantai. Membantu membereskan dagangan yang belum sempat dibereskan tadi malam (karena menjemput dirinya) dan lainnya.

Bilah memiliki dua karyawan. Dua-duanya perempuan. Dua-duanya sebagai sales. Bilah sendiri yang menjadi kasir atau admin.

Sementara, Ilham diminta Bilah untuk membantunya sebagai sales. Bilah memperkenalkan barang-barang kesenian kepada Ilham. Tidak semua, karena banyak. Bilah memperkenalkan yang cukup banyak terjual oleh pelanggan. Begitu hampir setiap hari selama 3 bulan lamanya.

*

Ilham tidak lagi tinggal bersama kakaknya, Bilah. Ada kesalahpamahaman, dan juga ada peran orang lain sehingga ia harus pergi, salah satunya karena isteri kakaknya itu kerap mengeluh soal ekonomi selama Ilham tinggal bersamanya.

Anhar pun demikian, tidak bisa menerima Ilham karena alasan-alasan tertentu.

Menurut Ilham, alasan itu karena desakan Bilah. Cerita kakak pertamanya.

Akhirnya ia tinggal bersama teman-teman yang dikenalnya. Satu asal: Jakarta. Tinggal cukup jauh dari Seminyak, tempat Bilah.

Ilham pun juga tidak lagi membantu kakaknya, Bilah. Ia menganggur.  

Selama menganggur, Ilham dibantu oleh teman-temannya asal Jakarta itu. Baik itu makan dan kebutuhan lainnya. Ilham sempat tidak enak diri. Tapi, teman-temannya menguatkan dirinya agar bersabar.

Teman Ilham pun merasa tidak keberatan. Sebab mereka tahu, bahwa apa yang terjadi pada Ilham, sebenarnya adalah hal biasa dalam hubungan kekeluargaan. Beberapa temannya pernah mengalami hal sama dengan Ilham.

Mereka pun dalam kondisi itu, di sini, di Bali, seorang diri dan merasa sendiri, akhirnya juga dibantu oleh orang lain yang kini menjadi teman-temannya (sekarang). Ilham tersanjung. Mereka semua baik-baik kepada dirinya.

"Asal kita baik kepada orang, orang akan membantu kita, Ham," Saleh, salah satu teman kosnya menguatkan.

Ilham menganggur selama kurang lebih sebulan. Selama itu pula itu ia merasa menjadi beban teman-teman kosnya.

Tidak lama, temannya yang bekerja di rumah makan atau restoran, mengajaknya untuk bergabung. Ada lowongan. Ia pasang niat kumpulkan uang untuk kembali ke Jakarta.

Ilham langsung menerimanya tanpa banyak pikir, karena ia merasa telah banyak merepotkan teman-temannya di sini.

Ilham diterima dan ditempatkan di dapur. Membantu dua orang koki atau yang memasak.

Selama bekerja, Ilham dinilai ulet dan jujur. Berlaku baik. Tidak macam-macam.

Baru dua bulan, seniornya yang bertanggung jawab atas restoran (cabang) itu memercayainya memegang keuangan atau sebagai kasir. Ilham menerimanya. Ia juga kadang masih membantu-bantu di dapur.

Namun posisi itu hanya bertahan tiga bulan saja. Ilham resign.

Resign-nya Ilham bukan karena kasus pada bagian keuangan, melainkan hal lain. Itu bermula ketika istreri pemilik berkunjung ke resto (tempatnya).

Ia saat itu berkunjung bersama anak-anaknya. Ia dari Jakarta. Sang suami berada di cabang lain. Resto ini memiliki empat cabang di Bali. Tidak termasuk di Jakarta.

Awalnya tidak ada gelagat atau indikasi apa pun yang membuat Ilham resign. Semua berjalan normal. Bahkan nama Ilham tidak ada cacat di mata pemilik, karena tiap dua minggu sekali, penanggung jawab restoran melaporkan perkembangan karyawan atau pekerjanya.

Namun, tiba-tiba isteri pemilik itu membentak Ilham tanpa dasar dan alasan kuat. Bahkan mencaci makinya. Mengeluarkan kata-kata yang tidak pantas, hingga juga menceramahinya.

Ilham awalnya hanya diam saja. Tapi, saat disinggung soal privasinya, soal apa yang ia jalani karena keyakinannya, Ilham akhirnya melawan. Tidak lagi memandang bahwa ia pemilik atau bosnya.

Ilham bentak balik. Menceramahi balik. Wanita bergaya modis itu hanya diam saja. Tidak dikasih bicara oleh Ilham.

Semua pelanggan dan pekerja melihat ke Ilham. Hening. Kaget dengan "balasan" Ilham ke isteri pemilik itu, terutama temannya yang mengajak dia bergabung---pada akhirnya ia meminta maaf.

Ilham lantas pergi. Mencopot semua atribut atau seragam kerjanya.

Keesokan harinya, Ilham tidak lagi masuk ke resto itu. Ia pun mengontak senior atau penanggung jawab resto itu.

"Saya pamit, bang," kata Ilham.

Seniornya itu, yang bernama Toni, tidak bisa menahannya. 

Menurut dia, itu adalah pilihan Ilham.

Dua hari kemudian, karena merasa lelah dan merasa sendiri di Bali, Ilham akhirnya kembali ke Jakarta. Menutup semua cerita buruk di Bali.

Ia hanya bawa cerita baik kepada ibu dan adiknya. Menguatkan diri untuk kerja dan kuliah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun