Aldo hanya menyuruh Mario saja yang istirahat. Mario berlalu.
Tiap mata pelajaran pada hari itu, tidak disambut semangat oleh Aldo. Lagi-lagi, sikap Aldo tidak seperti biasanya. Sampai pulang sekolah, Aldo masih bersikap "acuh".
"Hari ini gua nginep ya di rumah lu?" pinta Mario ke Aldo.
Aldo mempersilakan. Keduanya menunggu jemputan. Ayah Aldo akan menjemput. Tidak seperti biasa, hari itu, Aldo tidak nongkrong. Ayahnya pun cepat kembali. Tidak seperti biasanya. Mobil ayah Aldo tiba. Keduanya naik.
Mobil berjalan.
Di dalam mobil, Aldo diminta sang ayah untuk bersabar. Sabar menerima kenyataan. Anggap saja, kata sang ayah, ini sebagai teguran. Bukan cobaan.
Mario bertanya-tanya dalam hati, "Ada apa ini sebenarnya? Kenapa menyinggung 'teguran', bukan 'cobaan'?"
Mario tak ingin bertanya.
Ia anggap seperti biasa saja, walau suasananya berbeda. Tak berbeda, ayah Aldo menegur Mario seperti biasa. Mengajak ngobrol pun seperti biasa.
Dalam perjalanan, hanya Aldo yang tampak "berubah". Tidak seperti biasanya. Sama seperti saat di sekolah tadi.
Sampai di rumah Aldo. Sang ibu sudah di depan rumah. Membukakan gerbang untuk masuknya mobil. Mario mengucapkan salam dan mencium tangan ibu Aldo. Pun dengan ayah Aldo, Mario cium tangan, lepas turun dari mobil.