Benar saja, keempat orang itu dapat mendongkrak angka penjualan. Kurang dari satu tahun, Seli dan Dahlah sudah diberikan bonus. Purwa dan Ihsan juga diberikan bonus.
Keempatnya satu tim. Di bawah Irwan.
Melihat timnya jaya, Irwan dipanggil atasannya. Penasaran mengapa angka anak-anaknya (biasa disebut begitu oleh Irwan) bisa naik dengan signifikan.
Atasannya pun akhirnya bertemu tim Irwan. Diperkenalkan lah satu per satu personel tim itu. Walaupun Purwa dan Ihsan lebih dahulu bergabung di perusahaan ini, tapi belum pernah satu kali atasan Irwan turun ke "lapangan" menemuinya. Ini karena masuknya Seli dan Dahlah.
Tersiar kabar ke banyak orang tentang keberhasilan Irwan mendidik anak-anaknya. Sampai-sampai bos besar, pemilik perusahaan melirik timnya Irwan, terutama Seli.
Seli, dibanding dengan Purwa, Ihsan, dan Dahlah, menyumbang angka terbanyak. Ia, dalam sebulan menyumbang angka 100 penjualan dari target 120 per bulan selama kurang enam bulan. Mendekati Seli adalah Purwa: 90. Disusul Dahlah, kemudian Ihsan.
Mulai nama Seli menjadi buah bibir. Ia pun tidak menyangka.
Namun, sebagai pribadi yang "masak bodo", ia menganggap itu hanya keberuntungan. Hanya hoki, katanya.
Teman-teman Irwan banyak penasaran dengan Seli. Sampai-sampai meminta nomor kontak Seli kepada Irwan. Banyak alasan untuk itu.
Seli mendengar kabar itu, lagi-lagi ia "masak bodo". Ia hanya bekerja. Tidak lebih. Dan tidak mau memikirkan hal lain.
***