Mohon tunggu...
Robi Muhammad Affandi
Robi Muhammad Affandi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta dan Penulis Media Online

Hidup adalah tentang bagaimana engkau bercerita, dan bagaimana engkau diceritakan. Karena dengan cerita itulah manusia akan dikenal dalam sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Prince Gubee (Mencari Jalan Keabadian 2)

13 Agustus 2024   14:05 Diperbarui: 13 Agustus 2024   14:35 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Prince Gubee ( Mencari Jalan Keabadian )

Gubee terbangun disebuah ruang gelap. Disebuah jaringan kompleks terowongan yang tersembunyi di bawah tanah. Suhu ruangan itu sangat lembab. Ada banyak kamar dan lorong yang terhubung satu sama lain, membentuk labirin yang rumit.  Hampir setiap kamar-kamar di lorong itu berisi serangga-serangga kecil yang telah mati. Dan ada sebagian yang telah menjadi tulang belulang.

                Dibawah kamar gelap yang ditempati Gubee itu, terdapat sebuah ruangan yang sangat besar. Ruangan yang cukup terang dari ruangan lainnya. Sepertinya ada cahaya yang menerangi ruangan yang luas itu. Gubee melihat dengan saksama pemandangan yang  tepat dibawah kakinya. Diantara celah-celah dinding tanah, ia dapat melihat semuanya.

                Di ruangan yang luas itu, tampak ratusan semut merah yang sibuk dengan aktivitas mereka. Ada yang membawa makanan, ada yang sibuk menggali tanah, dan ada yang sibuk memindahkan telur-telur berwarna putih transparan. Dan diantara kesibukan itu, terlihat gerombolan semut penjaga mengelilingi sebuah cahaya yang sangat terang.

                Cahaya itu berasal dari eksoskeleton  seekor semut merah yang sangat besar dan mendominasi dari semut-semut lainnya. Ia memiliki sayap yang terlipat rapi dipunggungnya. Warna tubuhnya merah menyala. Dengan kepalanya besar dan rahang yang sangat kuat, ia sangat terlihat menakutkan dari semut-semut lainnya. Ialah Ratu Semut Merah.

                "apa yang kau lihat!?" Seekor semut penjaga datang ketempat Gubee dikurung.

Baca juga: Senja di Ujung Tali

                "ah! Tidak, hanya penasaran saja. Kenapa ruangan dibawah itu sangat terang?" Ungkap Gubee.    

                "itu cahaya dari tubuh ratu kami. Dia bertelur banyak hari ini." Jelas semut penjaga itu.

                "oh.., itu kabar baik. Jumlah koloni kalian pasti akan bertambah besar nantinya." Ucap Gubee.

Baca juga: Ruang Kecil

                "ya, itulah harapan kami. Tapi itu takkan terjadi." Raut semut penjaga itu tampak muram.

                "kenapa begitu? Bukankah ratu kalian bertelur banyak hari ini?" Tanya Gubee heran.

                "memang, tetapi itu telur terakhirnya. Tak lama lagi ratu kami akan mati. Mungkin kaulah santapan terakhirnya. 

                Gubee terdiam mendengar ungkapan semut penjaga itu. Ia mulai menyadari hidupnya tidak akan lama lagi. Keingininannya untuk mendapatkan hidup yang lebih lama, sepertinya akan berakhir ditempat itu.

                "kenapa? Kau takut?" Tanya semut penjaga pada Gubee yang tiba-tiba terdiam.

                "tidak. Aku tidak takut! Bukankah kita semua juga akan mati? Ini hanya perkara waktu saja!" Ucap Gubee.

                "aku hanya heran. Kenapa kalian tidak merawat ratu baru? Bukankah kalian seharusnya telah memilik ratu pengganti di umur ratu kalian yang sudah tua itu?" Imbuh Gubee, melerai suasana canggung.

                "itulah yang kami nanti-nanti selama ini. Tetapi ratu kami tak pernah melahirkan telur yang akan menjadi calon ratu sampai hari ini.

                "kenapa begitu?

                "sangat sulit mencari mata air murni di kaki gunung Alpen ini. Selama hidupnya ratu kami hanya meminum embun yang  hinggap di nektar bunga-bunga yang tumbuh di gunung ini. Karena itulah ratu kami tidak dapat memproduksi telur yang akan menjadi calon ratu.

                "kenapa kalian tidak pindah saja ke tempat dimana lebih mudah menemukan mata air murni?

                "kami baru menyadari hal itu akhir-akhir ini. Dan Sangat sulit bagi ratu kami untuk pindah di usianya yang sudah sangat tua seperti sekarang, sementara di luar sana ada banyak burung-burung liar yang setiap saat akan mudah memangsanya. Daripada ratu kami dimangsa, biarlah kami punah bersama-sama. " Ungkap semut penjaga itu semakin menampakan raut sedih.

                Gubee terharu mendengar cerita semut penjaga itu. Ada banyak cerita kehidupan yang lebih menyedihkan dari cerita yang dialaminya. Dan ada banyak koloni lain yang juga menunggu waktu kematian.

                Tiba-tiba Gubee kembali teringat pada bunga keabadian. "ya, bunga kebadian. Itulah solusi untuk koloni ini." Pikir Gubee. "kenapa kalian tidak mencoba memberi nektar bunga keabadian untuk ratu kalian?" Ucap Gubee kemudian.

                "bunga keabadian? Bunga edelweis maksudmu?

                "ya!" Tegas Gubee tersenyum. " Dengan nektar bunga itu ratu kalian akan berumur panjang! Apa kalian tidak tau cerita tentang bunga itu?

                "kami tau cerita itu. Bunga itu tumbuh jauh di puncak bukit ini. Sudah banyak semut pekerja yang kami utus untuk mencari nektar bunga itu, namun tidak satupun yang kembali sampai saat ini.

                "jauh di puncak bukit? Berarti bunga itu tidak tumbuh disekitar sini?

                "Tidak. Bunga itu hanya tumbuh di puncak gunung alpen.

"berarti bunga yang baru saja ku hisap nektarnya bukan bunga edelweis?

"bukan! Itu bakung lembah. Si bunga kematian, bukan bunga keabadian. Kamilah yang menebar benih-benih bunga itu disini, untuk memikat serangga. Aroma harum dari nektar bunga bakung lembah akan mengundang serangga dan kumbang untuk meminumnya, dan setelah meminum nektar bunga itu, mereka akan lemah dan pingsan. Kami jadi lebih mudah mendapatkan mangsa karena bantuan bunga itu." Ungkap semut penjaga.

"tapi ku sedikit heran. Kenapa lebah sepertimu bisa terjebak bunga itu? Harusnya kamu lebih tau tentang bunga daripada kami." Semut penjaga mulai memperhatikan tubuh Gubee dari kepala hingga ujung kaki. "apakah kau bukan lebah pekerja?" sambungnya.

Gubee tersenyum kecut menggelengkan kepalanya.

"darimana asalmu?" tanya semut penjaga itu kemudian.

"dari pohon Willow yang tumbuh tak jauh dari sini. Sarangku ada di pucuk pohon itu. Aku pangeran lebah." Kata Gubee menjelaskan.

"wow! Pangeran lebah! Ratu kami sangat beruntung bisa memakan pangeran lebah di akhir hidupnya." Semut penjaga itu tersenyum senang. "ini akan menjadi hadiah istimewa bagi ratu kami. Aku akan mengabarkannya pada yang lain." Semut penjaga itu pergi.

"tunggu!" Gubee mencoba menghentikan semut itu. "aku punya kabar yang lebih baik dari itu!" Ujarnya.

"apa itu?" Semut penjaga itu kembali menghampiri Gubee.

"sebenarnya aku meninggalkan sarangku untuk tujuan yang sangat penting. Aku ingin mencari nektar bunga edelweis, karena aku sangat membutuhkan nektar bunga itu. Bisakah kau membantuku? Aku janji! Setelah aku menemukan bunga itu, aku akan kembali kesini dan membawakan nektar bunga itu untuk ratumu.

"hahaha...ha..ha..!" Semut penjaga tertawa keras." Kau mau mencoba menipuku?

"aku sungguh-sungguh!

"mana mungkin lebah sepertimu bisa menemukan bunga itu?  Tak sedikitpun kulihat pengetahuanmu tentang bunga itu! Jangankan bunga edelweis, bunga bakung saja kau tak tahu! Hahahaa.." Semut itu kembali tertawa.

"aku bisa menemukan bunga itu! Tapi aku butuh bantuan darimu. Kau bisa menunjukanku jalan menuju bunga itu. Dan kau juga bisa memberitahuku bagaimana bentuk rupa bunga itu.

"ya, mungkin bisa.

"coba kau pikirkan! Seandainya kita mendapatkan nektar bunga itu, ratumu akan hidup lebih lama lagi, dan mungkin ratumu akan dapat bertelur kembali. Mungkin setelah meminum nektar bunga edelweis, ratumu dapat melahirkan telur yang akan menjadi ratu baru nantinya. Atau setidaknya kalian bisa pindah dari tempat ini, karena setelah meminum nektar bunga keabadian, ratumu akan kembali bertenaga! Jangan biarkan kolonimu mati sia-sia sebelum berusaha!" Dengan semangatnya Gubee memberi bayangan masa depan kepada semut penjaga.

"kau benar! Kami tidak boleh mati sia-sia!" Semut penjaga terlihat mulai bersemangat. "Tunggu sebentar, aku akan melapor kepada ratu.

"jangan! Maksudku, kau tak perlu repot-repot melapor pada ratumu. Cukup beritahu aku jalan menuju bunga itu, dan katakan seperti apa bentuknya, lalu keluarkan aku dari sini." Bujuk Gubee meyakinkan kembali semut penjaga yang ingin meninggalkannya.

"apapun yang terjadi ditempat ini, ratuku harus tau! Aku tak akan melanggar sumpahku!" Tegas semut itu, lalu pergi.

"hey! Tunggu!! Hey...!

Semut penjaga itu terus pergi tanpa menghiraukan Gubee.

Selang beberapa waktu, semut penjaga itu kembali. Dengan wajah cerah, ia tersenyum kepada Gubee. Ia bukakan pintu kurungan yang menyekat Gubee, dan mempersilahkan Gubee keluar dari ruangan gelap itu.

"ratu kami setuju dengan rencanamu. Ayo, aku akan mengantarmu keluar dari sini." Semut penjaga itu kembali tersenyum kepada Gubee.

"bagaimana mungkin ratumu bisa percaya begitu saja padaku?" Tanya Gubee seakan tak percaya dengan apa yang terjadi.

"karena mempercayaimulah satu-satunya harapan kami saat ini.

Gubee kembali terharu mendengar kata-kata semut penjaga itu. Ia sungguh tak menyangka, koloni yang belum begitu mengenalnya, sangat mempercayainya. Berbeda jauh dengan teman-temannya yang tak sedikitpun mau mendukung rencananya.

"siapa namamu pangeran?" Tanya semut penjaga, sesampainya di gerbang luar istana koloni semut merah.

"Gubee!

"ratu kami memberimu sesuatu gubee. Ini akan sangat berguna dalam perjalananmu mencari bunga keabadian itu." Semut penjaga memberikan benda berbentuk tabung kepada Gubee.

 "di dalam tabung itu ada minyak yang dapat kau oleskan di tubuhmu diketika malam hari. Minyak itu akan bercahaya di kegelapan." Paparnya.

"terimakasih! Ini akan sangat berguna bagiku." Ucap Gubee senang menerima tabung itu.

Kemudian semut penjaga mengeluarkan gulungan daun dari balik seragam perangnya. "di daun ini telah kubuatkan peta menuju Bunga keabadian. Dan dibalik daun itu ada lukisan bunga edelweis yang kau cari itu." Jelasnya lagi, memberikan gulungan itu pada Gubee.

Gubee sangat bahagia menyaksikan peta yang dibuatkan untuknya itu. Di daun kering itu terpampang jelas ukiran jalan menuju bunga keabadian, dan lukisan bunga itu tergambar indah dibelakangnya. Niatnya mencari bunga keabadian seakan terasa dipermudah.

"sekali lagi, terimakasih teman! Sampaikan kepada ratumu, aku pasti akan kembali membawa nektar bunga itu!" Ucap Gubee meyakinkan semut penjaga, lalu terbang meninggalkannya. (bersambung ke, Menuju Jalan Keabadian )          

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun