Setibanya di lingko yang hendak dibagi, tu'a teno duduk diseputar titik pusat lingko. Sementara warga yang akan menerima bagian bersama tu'a-tu'a kilo dan panga duduk membentuk sebuah lingkaran yang besar.
Ritual dimulai dengan tente arong yaitu membuat lubang tempat kayu teno akan ditancapkan. Tua teno kemudian meletakan telur di lubang/arong.Â
Namun, sebelum telur diletakan, Tu'a Teno mengucapkan tudak (doa), harapan kepada Tuhan dan nenek moyang agar memberikan rejeki yang melimpah kepada masyarakat yang menggunakan lahan tersebut nantinya.
Selanjutnya masuk pada puncak acara dimana Tua Teno melakukan tente teno yaitu menancapakan kayu teno pada pusat lingko. Di sekeliling kayu teno kemudian diletakan tali berbentuk lingkaran.Â
Di sekeliling lingkaran tersebut lalu ditancapkan kayu-kayu kecil yang disebut lance koe. Jarak antara satu lance koe dengan lance koe lainnya tergantung pada besarnya moso atau jari tangan tua teno yang di tempelkan ke tanah.Â
Ada jarak sebesar lima jari yang disebut moso rembo. Jarak tiga jari yang disebut lide serta jarak dua jari dan satu jari disebut koret yakni bagian yang diberikan kepada para pendatang atau bukan warga asli.
Penduduk yang bukan warga asli kampung mendapat bagian pembagian lingko dengan persetujuan tua teno biasanya dengan persyaratan membawa tuak dan satu ekor ayam. Mereka inilah yang disebut ata long atau ata kapu manuk lele tuak. Tindakan mengulur jari sebagai dasar jarak antara lance disebut sor moso.
Kemudian di luar lance-lance(patokan-patokan) tersebut kembali diletakkan tali berbentuk lingkaran dan ditancapkan lance-lance kembali, tegak lurus dengan lance pada lingkaran pertama dan tegak lurus dengan kayu teno di pusat lodok.
Lance atau patok kemudian ditancapkan sampai pada batas terluar lodok yang disebut cicing. Setelah itu dibuat langang atau batas samping atau batas antar moso dengan menghubungkan lance yang satu dengan lainnya menggunakan tali yang direntangkan lurus keluar membentuk garis jari-jari yang simetris, maka kemudian terciptalah bentuk lodok atau seperti sarang laba-laba raksasa.
Makna Filosofis Pembagian Sawah Sistem Lodok
Dari berbagai macam riset ilmiah para peneliti menemukan bahwa sawah lodok bukan hanya sebuah fakta sejarah atau sekedar sebuahdesign tekhnis dalam bidang pertanian orang-orang Manggaraitetapi lebih dari itu sawah lodok dibentuk berdasarkan nilai-nilai filosofis yang sangat mendalam.Â