Mohon tunggu...
Robertus Widiatmoko
Robertus Widiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Menerima, menikmati, mensyukuri, dan merayakan anugerah terindah yang Kauberikan.

Indahnya Persahabatan dalam Kebersahajaan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Hey Cinta

13 Februari 2019   10:51 Diperbarui: 13 Februari 2019   12:09 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 "Aku terlanjur sayang sama kamu. Dan sekali lagi aku mohon bukakan pintu hatimu, Yang," bujuknya.

 "Terus sahabatku itu terima nggak. Dia pasti sakit hati kan?" tanyanya lagi. 

"Dia cukup terluka dan tidak bisa menerima kenyataan itu. Tapi, dia punya jiwa besar. Dia ikhlas karena tahu wanita itu adalah sahabatnya juga," tuturnya.

 "Baiklah, Mas Bob harus meminta maaf lagi ke sahabatku itu. Itu syarat pertama. Selanjutnya, antar kami pulang ke rumah kami masing-masing. Itu syarat kedua. Terakhir, Mas Bob tidak boleh bohong lagi. Jangan ada dusta di antara kita!" katanya.

"Kami?Maksudmu?" Bob termangu-mangu.

 "Yach, kami. Aku dan Renny di sini. Kami sudah seharian di sini sama-sama. Kami bincang-bincang sangat akrab dan cukup lama dan berbicara dari hati ke hati. Malam itu aku segera menghubungi  Renny dan memohon agar bisa ketemuan. Aku mengajaknya main ke sini. Dia sudah bicara panjang lebar. Kami saling terbuka koq. Kami ini sahabat kental. Itu pentingnya punya sahabat dan arti sahabat sejati. Jadi, kami nggak mau persahabatan ini retak hanya gara-gara mementingkan ego kami masing-masing. Ada hal lain yang lebih penting dari masalah itu. Coba Mas pikir hidup untuk makan atau makan untuk hidup?" celotehnya. 

"Terserah kamu saja. Aku sich suka makan-makan. Sekarang ada di mana dia?" lagi-lagi Bob dibikin penasaran. 

"Hey Cinta!" Renny kembali menyapa Bob dengan penuh senyum. 

Berdua lalu ketawa ngakak dan berjalan beriringan menuju ke mobil. Bob tersentak kaget dan hanya bisa terdiam membisu. Tak sepatah kata pun keluar dari mulutnya. Sembari ngobrolin sesuatu keduanya duduk di bagian belakang. Bob mengemudikannya dengan tenang. Ia berharap hari itu Irma bisa kembali menatap masa depannya. 

Begitu pun Renny, ia tak lagi menyimpan luka yang terpendam. Ia berdoa semoga ada seseorang yang mau menjalin hubungan dengannya. Akhirnya, tiba juga Irma di rumahnya. Ayah dan Bunda mengucap syukur. Bob sudah mengantarnya dengan selamat. 

"Terimakasih Nak Mas, maaf merepotkan," kata Bunda. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun