Mohon tunggu...
Robertus Widiatmoko
Robertus Widiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Menerima, menikmati, mensyukuri, dan merayakan anugerah terindah yang Kauberikan.

Indahnya Persahabatan dalam Kebersahajaan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Hey Cinta

13 Februari 2019   10:51 Diperbarui: 13 Februari 2019   12:09 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kebaikan yang engkau lakukan hari ini, mungkin saja besok sudah dilupakan orang; Bagaimanapun, berbuat baiklah."

Dan pagi-pagi sekali Irma sudah bangkit, berlari jungkat jungkit, mengelilingi jalan berbukit-bukit. Dia tak merasakan sakit. Udara pagi segar sekali. Irma menghirup napas berulang kali. Lalu ia pun menyeberangi kali hendak menuju ke suatu tempat yang nyaman dan membikin hati terobati meski harus uji nyali. 

Tibalah ia di air terjun tempat aliran sungai terus gemrojog mengalir tiada henti. Irma duduk di bongkahan batu seorang diri menikmati terpaan air terjun. Muka dan sekujur badannya basah kuyup namun ia tak menghiraukan diri. Ia terus membenamkan diri. Hari itu ia betul-betul ingin menyendiri. 

Kubangan air jernih itu menyentuh naluri, memanggil, dan mengajaknya bermain kecipak kecipuk gedebag gedebug kanan kiri. Sampai suatu saat beriringan anak-anak, remaja, dan orangtua berdatangan ke lokasi itu. Tak ayal lagi sorak-sorai mereka gembira kegirangan menyambut air terjun itu.

Irma kembali tersadar dari lamunannya, sesegera mungkin ia menepi. Ia nampak senang melihat anak-anak dan remaja-remaja itu berenang di kolam. Tanpa menunggu waktu lama bergegas ia menceburkan diri. Ia mengikuti mereka yang sedang heboh mandi di bawah guyuran air terjun.

Mereka pun nampak gembira kedatangan teman bermain air. Air kehidupan memberi secercah pengharapan terutama Irma saat itu yang merasa dirinya terlupakan.

 Sementara itu, Bob kelimpungan terperdaya. Ia kehilangan kontak batin dengan dambaan hatinya. Baginya hal itu adalah malapetaka. Hari-harinya seolah-olah hampa. Ia terpenjara dalam belenggu antara benci dan rindu. Ia mesti menemukan akar masalah dan segera memulihkan keadaan. 

Sembari mencari keberadaan Irma, ia bermaksud sowan mengunjungi rumahnya. Barangkali orangtuanya bisa membantunya. Ia pun segera beranjak pergi menemuinya. Sepanjang perjalanan hanya Irma yang ada dalam pikirannya tak ada yang lain. Waktu terus melaju. Ia berharap dapat memerbaiki hubungannya. 

Dan sampailah sudah Bob memasuki halaman rumahnya. Kemudian ia pun beristirahat. Ia memarkirkan mobilnya dekat pematang sawah. Kepalanya melongok keluar hingga udara segar  menerpa wajahnya. "Eunak tenan. Anginne ora nguati. Wis ngeyup kene dhisik. Golek wektu sing pas. Duh ngantuke," gumamnya. 

Di kejauhan terdengar gaduh. Bunda dan Pak Agus gelisah melihat Irma tak ada di rumah sendirian berada di tempat yang jauh. Mereka khawatir akan terjadi apa-apa. Seharian penuh keluarga menunggu kabar namun tak ada kabar berita. Irma tak ada di rumah bersama keluarga. Pak Agus mengambil sepeda onthelnya. Ia menyusuri sawah demi sawah, kebun demi kebun bertanya ke warga setempat ke sana ke mari. 

Namun, ia tak mendapati jawaban memuaskan semua mengatakan tak tahu bahkan tak melihat sama sekali. Pada saat itulah Pak Agus secara tidak sengaja mendapati mobil Bob. Ia tidak begitu asing lagi. "Lha, kebetulan Nak Bob to iki" celetuknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun