Mohon tunggu...
Robertus Widiatmoko
Robertus Widiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Menerima, menikmati, mensyukuri, dan merayakan anugerah terindah yang Kauberikan.

Indahnya Persahabatan dalam Kebersahajaan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Risau Hatiku

9 Februari 2019   11:50 Diperbarui: 9 Februari 2019   12:20 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Mungkin dia sedang sibuk, Mas. Besok dihubungi lagi" nasihatnya bijak. "Ah biasanya ngga seperti ini koq" jawab Bob sewot. "Atau coba, biar aku saja yang coba telepon dia Mas. Dia kan sahabatku juga. Dulu dia teman sebangkuku lho. Berkat dia juga nilaiku dapat A. "sarannya. "Ah, bukan ide baik itu Ren, begitu kamu telepon dia dan nyambung terus telepon itu kamu kasih ke aku yach tahulah kalau aku lagi berdua sama kamu" tangkasnya. "Lho memang kenapa, apa salahnya?" tanyanya. Bob hanya terdiam sejenak. 

"Perasaanmu bagaimana kalau dikhianati pacarmu, Ren?" tanyanya. "Ya, sakitlah, marahlah" jawabnya cepat. " Nah ini dia. Kata hatiku saat ini dia merasakan seperti itu. Bagaimana pun perasaan wanita itu lebih peka daripada lelaki. Jadi, aku mau minta maaf Ren. Barangkali dia melihat hubungan kita" jelas Bob. "Terus maksudmu, hubungan kita putus?Jangan salahkan aku Mas, salahkan dia kenapa menjauhi Mas!" kata Renny. 

"Ya, bukan salahmu bukan salah dia. Ini semua gara-garaku. Aku yang memulai mendekati kamu, Ren. Aku mau minta maaf, sejauh ini perasaanku masih berat ke dia. Aku meminta pengertianmu" katanya penuh sesal. "So, Mas Bob mau kembali ke dia begitu kan" jawab dia kesal.  "Seperti apa katamu" jawab Bob singkat padat. "Baiklah, kalau memang itu maumu. 

Jadi, aku sudah nggak menarik lagi?" sahutnya. "Bukan begitu Renny cantik" pujinya. Namun, Renny tetap bertahan. "Mas tadi bilang aku cantik kan. Nggak tahu diri ya. Lalu kenapa mau ninggalin aku, dan berbalik ke mantanmu itu?" desaknya. "Maafkan, kalau aku seperti itu. Aku tak kuasa menjawabnya"tuturnya. Renny memegang kedua tangan Bob."Ya sudahlah. 

Ini keputusanmu. Bagaimana pun cinta itu masalah hati. Terimakasih tuk perjumpaan ini. Berikan aku ciuman terakhirmu, Mas!" celotehnya."Tapi pipi aza kan, Ren" kata Bob. "Masa pipi sich Mas. Takut? Ayolah kesempatan terakhir!" bujuknya. 

"Baiklah kalau nggak mau pipi, cium tangan aza. Muachhh" sambil mencium lengan telapak tangannya. Kemudian Bob dan Renny pergi keluar. Ia menggerutu terus di sepanjang jalan sementara itu Bob berpikir keras mengembalikan Irma dalam genggamannya. Berdua berpisah di persimpangan jalan.

Sementara itu di halaman rumah Irma pergelaran wayang kulit masih berlangsung. Beberapa penonton ada yang sudah memutuskan pulang. Adapun yang sebagian masih ingin menuntaskan sampai dengan selesai. 

Nampak kursi-kursi bagian belakang kosong melompong sedangkan kursi bagian depan masih penuh. Sebagian anak-anak juga masih ada. Pak Agus pun mulai melihat-lihat situasi. Ia mendapati  Irma tak ada  di tempat. Kemudian ia buru-buru menghampiri Bunda. "Bun, lihat Irma nggak?" tanyanya. "Sejak dari tadi Bapak nggak lihat dia" lanjutnya. 

"Barangkali ia sudah tidur Pakne. Lagian mana mungkin dia betah nonton wayang kulit" katanya. "Coba Bunda lihat ada nggak di kamar!" pintanya. "Baiklah, Bunda ke sana" tuturnya. Kemudian ia berjalan tergopoh-gopoh masuk ke dalam rumah dan menghampiri kamar Irma. Pintu kamar terlihat tertutup rapat. Bunda mencoba mengetuknya pelan-pelan. Ia tak menemukan jawaban. "Ir ...Ir ...Irma" panggilnya. 

Pintu didorongnya sangat pelan dan perlahan sedikit demi sedikit mulai terbuka. Dinyalakannya lampu kamar itu. Terlihat tempat tidur Irma sangat rapi. Sepertinya Irma tertidur lelap sampai-sampai tak mendengar panggilan ibunya. Ia memastikan Irma sudah tidur. Tubuhnya ditutup selimut begitu rapat. 

Tak terbersit rasa curiga di matanya, maka ditutuplah kembali pintu kamar itu. "Ada Pakne, dia tidur koq" tuturnya. "Yo wis nek Irma ana. Bapak mau nuntasin wayang yo Bun" katanya. "Yo, Bunda sudah ngantuk Pakne pingin tidur juga. Wis ora kuat melek" balasnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun