Mohon tunggu...
Robertus Widiatmoko
Robertus Widiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Menerima, menikmati, mensyukuri, dan merayakan anugerah terindah yang Kauberikan.

Indahnya Persahabatan dalam Kebersahajaan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Risau Hatiku

9 Februari 2019   11:50 Diperbarui: 9 Februari 2019   12:20 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Tak usah cemburu
Aku tak ingin kita berpisah karena ini
Biarkan aku selalu mencinta untuk selamanya

 

Ia memandangi bintang dan bulan yang memancarkan cahayanya. Langit menjadi indah kala kerlap-kerlip menghiasi awan yang berarak-arak. Ia hanya duduk-duduk di depan teras lantai atas dan memandangi langit. Terlihat begitu indah suasana pemukiman penduduk. 

Sembari meneguk secangkir kopi hangat sesekali ia mengibaskan rambutnya yang terurai menutupi wajahnya. Sendiri menikmati malam. Suasana betul-betul hening. Tak ada suara dering telepon genggam. Malam itu gemuruh suara jengkrik dan katak saja yang menemaninya. Kriiikkk ...kriiikkk ...kungkong ...kungkong. 

Terlihat gemerlap cahaya yang dipantulkan dari rumah-rumah penduduk. Tirai jendela dibiarkannya terbuka dan angin malam pun leluasa masuk. Sekali lagi Irma sedang membiarkan dirinya dibungkam oleh dinginnya malam.  Sementara itu, Bob dan Renny sedang asyik bercengkrama di sebuah kafe yang biasa menjadi tongkrongan muda-mudi. 

"Ren, boleh minta waktumu sebentar?" tanya Bob. "Silakan, Mas!" jawabnya singkat. "Sepertinya aku tadi merasakan hal aneh di gerai mall itu. Ada semacam bayang-bayang yang mengejarku. Tapi entahlah, kau sendiri merasakan hal aneh itu nggak, Ren?"tuturnya. "Aku biasa-biasa saja. Hal aneh apa sich koq aku nggak begitu jelas maksudnya" lanjutnya. 

"Baiklah, ya sudahlah. Kalau begitu aku minta waktu lagi ya" pintanya sabar. "Aku mau menelepon seseorang, boleh kan?"katanya sambil senyum. "Nah, kalau ini Renny tahu. Pasti sayangmu itu kan?" katanya agak nyinyir. "Boleh nggak nih?" celetuknya. "Silakan saja!" balasnya. "Terima kasih untuk kebaikanmu Renny" jawabnya tegas.

Sebentar kemudian Bob mencoba menghubungi Irma. Ia menjauh dari tempat duduknya dan berusaha menghindar dari Renny agar pembicaraannya tak terdengar. Lama sekali telepon genggam Irma tak diangkat-angkat. Irma masih di luar menikmati hawa dingin. 

Ia tak menyadari ada seseorang yang ingin menyapa. Tidak lama kemudian ia memasuki kamarnya. Teleponnya dipegang, ia melihat beberapa menit yang lalu ada seseorang yang meneleponnya. Nama Bob terlihat jelas. Irma tak lagi mau meresponnya. 

Ia hanya terdiam dan menenangkan pikirannya. Pikirannya terbelenggu oleh peristiwa malam itu. Sembari mengatur tempat tidurnya ia meletakkan telepon genggamnya di atas meja dekat dompetnya. Jendela kamar ditutupnya rapat-rapat. 

Kringgg ...kringgg nada panggilan kembali berdering namun kembali Irma tak mengindahkannya. Ia membetulkan selimutnya dan sebentar kemudian ia tertidur lelap. "Bagaimana Mas Bob, apakah bisa dihubungi?" tanya Renny. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun