Mohon tunggu...
Robbi Gandamana
Robbi Gandamana Mohon Tunggu... Ilustrator - Ilustrator

Facebook : https://www.facebook.com/robbi.belumfull -------- IG : https://www.instagram.com/robbigandamana/

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

Ketika Orang Alergi pada Sebutan "Budayawan"

21 November 2019   18:13 Diperbarui: 22 November 2019   11:15 1334
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat momen hepi-hepi pun tidak selalu aku posting. Karena dunia itu penuh konflik. Kita bahagia, tapi orang di luar sana ternyata ada yang iri. Wadoh.

Semakin ke sini aku semakin nggak perduli dibayar atau tidak. Gak ngurus. Dibayar Alhamdulilah, gak dibayar yo Innalillahi.

Aku sudah jarang mempromosikan gambarku, walau hampir tiap hari nggambar. Tuhan maha tanggung jawab. Selama kamu ubet, jujur dan kerjanya bener, pasti dapat uang. Makanya jangan niat cari uang. Niatnya kerja. Kalau niatnya cari uang, nggak dapat uang bisa jadi maling.

Manusia derajatnya lebih tinggi dari uang bla bla bla..wis tau tak bahas, males nulis maneh.

Semua tulisanku (status) di fesbuk kutulis ulang di Kompasiana. Karena hanya di Kompasiana aku berjaya. Nggak tahu kenapa. Pokoke asyik ae. Tapi link di Kompasiana nggak bakalan aku posting di fesbuk. Karena segmen pembacaku kaum kere yang ngirit paket data. Nggak mungkin dibukak. Alaa raimu.

Dari apa yang aku paparkan di atas, Cak Nun ini layak untuk didengar pituturnya. Layak dijadikan rujukan, bahan perenungan (lambemu). Cak Nun itu bukan Wali bahkan Nabi, hanya manusia biasa yang memberi alternatif cara hidup yang asyik. Agar hidup menjadi lebih ringan.

Ingat rumusnya : "Ikutilah orang yang tidak meminta imbalan kepadamu; dan mereka adalah orang-orang yang mendapat petunjuk."

Cak Nun bukan ulama, tapi kwalitasnya lebih dari ulama. Aku lebih suka dan percaya dengan orang yang membuang jauh-jauh gelar-gelar agama daripada mereka yang bangga dengan gelar ulamanya. Dengan gelarnya itu, mereka mendapat akses untuk menghimpun umat yang bisa digerakan, dibaiat demi kepentingan golongan atau pribadi.

Cak Nun itu nasab keilmuannya jelas, tapi sori nggak aku bahas sekarang (aku gak apal jenenge mbah-mbahe). Tapi mau nasabnya jelas atau tidak  selama pituturnya masuk akal dan membuat hidupmu lebih baik, kenapa tidak. Jangan alergi dengan istilah "budayawan", "seniman", "penyair". Budayawan itu cuman sebutan, hakikat beliau lebih dari itu. Menurutku dia adalah sufi.

Ada anak gemblung yang komentar pekok ketika Cak Nun ceramah agama, "jangan dengarkan omongannya, dia cuman budayawan..bukan ulama."

Cak nun itu manusia yang sudah selesai dengan urusan dunia. Nggak ngurusi tarif. Nggak perduli dengan jabatan, gelar, pangkat, wedokan. Kalau mau, Cak Nun bisa berpoligami. Tapi buat apa. Istri satu saja nggak bisa tuntas. Karena waktunya tersita untuk ngurusi rakyat. Jam ngantornya jam 9 malam sampai jam 3 pagi, hampir tiap hari. Sakit pun tetap berangkat. Bagi orang seperti Cak Nun, sakit itu anugerah, sama seperti sehat. Ya'opo ngono iku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun